Lifestyle

Puasa Ramadhan Kamu Batal, Begini Hukumnya Menurut Ulama

Jakarta, Deras.id – Apabila puasa Ramadan seseorang batal, maka ia tetap diwajibkan untuk menahan diri seperti orang yang sedang berpuasa di sisa waktu yang ada untuk menghormati bulan Ramadan. Oleh sebab itu, apabila seorang suami memeluk, mencium atau mencumbu istrinya lalu terjadi ejakulasi, maka puasanya sudah batal. Namun meskipun batal, ia tetap diwajibkan untuk menahan diri di sisa waktu sebagaimana orang yang berpuasa. Ia tidak diperbolehkan berbuka seketika itu juga.

Jika hal tersebut dilakukan selain di bulan Ramadan seperti puasa nadzar, puasa qadha Ramadan atau puasa sunnah lainnya maka ia tidak perlu menahan diri di sisa waktu puasanya. Hal ini disepakati oleh tiga madzhab selain madzhab Maliki. Lalu bagaimana pandangan Imam Malik mengenai hal ini?

Baca Juga:  Tanda-Tanda Bencana Longsor Serta Cara Menyelamatkan Diri

Menurut madzhab Maliki, selain puasa Ramadan, orang yang batal puasa juga harus menahan diri di sisa waktu yang ada, baik karena kesengajaan ataupun tidak. Sebab, puasa nadzar yang ditentukan waktunya hanya dilakukan pada waktu yang ditentukan itu saja, sama halnya dengan puasa di bulan Ramadan.

Beda halnya jika puasa tersebut wajib dilakukan secara berturut-turut seperti kafarah bulan Ramadan dan puasa nadzar dalam tempo waktu yang sama, maka jika sengaja dibatalkan, tidak diwajibkan untuk tetap menahan diri di sisa waktu puasanya, namun dia diwajibkan untuk mengulang puasanya dari awal lagi apabila ada satu hari saja yang batal dari puasa berturut-turut tersebut. Sedangkan jika puasa tersebut batal karena lupa atau tidak sengaja, maka, jika puasa itu bukan puasa hari pertama ia diwajibkan untuk menahan diri di waktu yang tersisa. Jika puasa itu merupakan puasa hari pertama maka hanya dianjurkan saja baginya untuk menahan diri, tidak diwajibkan.

Baca Juga:  Tradisi Arisan Potong Sapi (Nyambeli Sape) Setiap Menjelang Lebaran di Situbondo

Sementara apabila puasa yang dilakukan tidak wajib untuk dilakukan secara berturut-turut, seperti puasa qadha Ramadan atau puasa kafarah sumpah, maka menahan diri boleh dilakukan sebagaimana diperbolehkannya untuk tidak menahan diri, baik puasa itu batal secara sengaja atau tidak, karena waktu yang digunakan untuk melakukan puasa tersebut tidak ditentukan, boleh dilakukan kapan saja. Jika puasa sunnah yang sedang dijalankan batal, diwajibkan baginya untuk menahan diri, karena mengqadha puasa tersebut tidak wajib. Namun jika disengaja, maka ia tidak harus menahan diri sampai maghrib karena ia wajib untuk mengqadha puasa tersebut.

Penulis: M.FSA I Editor: Apr

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda