Jember, Deras.id — Fathur Rohman merupakan seorang pengusaha ayam petelur yang kini sedang naik daun. Banyak lika-liku yang dihadapi selama merintis usaha ayam petelur.
“Banyak kendala yang saya hadapi ketika awal-awal bisnis,” ungkap laki-laki yang tinggal di kecamatan Pakusari, Jember, Sabtu (5/11/2022).
Usai tamat SMA, Fathur memutuskan untuk bekerja sebagai montir di bengkel. Namun, hanya bertahan satu tahun. Ia memutuskan untuk berhenti, lantaran tak bisa membagi waktu dengan kewajiban kuliahnya.
“Karena tidak bisa membagi waktu ketika bekerja di bengkel motor, kemudian saya mencoba membuka peluang usaha peternakan ayam,” jelas laki-laki lulusan Universitas Islam Jember (UIJ) itu.
Laki-laki berdarah Madura itu pun mulai menggeluti usaha ayam petelur sejak 2017 silam. Ia menilai, dengan memiliki usaha sendiri, Fathur dapat lebih fleksibel mengatur kesibukan kuliah dan bekerja.
Selain itu, menurutnya, usaha ayam petelur terbilang cukup sedikit di Jember. Banyak para peternak pemula yang gagal dalam proses perawatan budidaya ayam, lalu menyerah. Fathur menganggap hal ini adalah peluang bisnis sekaligus tantangan.
“Usaha ternak ayam di Jember khususnya ayam petelur ini masih cukup sedikit. Karena proses perawatannya yang tidak mudah,” tuturnya lagi.
Pada awal usahanya, fathur dihadapkan pada kondisi anjloknya harga telur yang signifikan. Bersamaan dengan itu, banyak ayam peliharaan yang terserang penyakit dan mati.
“Dari ribuan ekor ayam, jadi tinggal 600 ayam,” imbuhnya.
Tak main- main, Fathur pun mengalami kerugian puluhan juta. Ia sempat ingin menyerah lantaran modal yang ia kantongi ludes.
Beruntung, orang tuanya selalu memberikan dukungan dan menghalau dirinya untuk menyerah. Dalam kondisi terjepit, orang tua Fathur menyarankannya untuk meminjam modal dari sanak saudaranya agar bertahan.
“Beruntung ada keluarga dan orang tua yang selalu support saya,” ungkapnya.
Bagi fathur, momen ini menjadi pecutan semangat untuk siap menghadapi kemungkinan tantangan yang dihadapi selanjutnya. Dari pengalamannya, kini, Fathur lebih ketat dalam memberikan perawatan pada ayam peliharaannya. Ia berupaya semaksimal mungkin agar tidak telat dalam memberikan vaksin suntik, vaksin antibiotik untuk ketahanan tubuh dan tetes mata pada ayam.
“Sebagai peternak, tentu harus siap bahwa pada waktu-waktu tertentu, akan terjadi gejala kematian pada unggas karena diserang penyakit, dan ini adalah fase kerugian terbesar yang mau tidak mau harus diterima,” kisahnya.
Seiring berjalannya waktu, Fathur mulai memperluas metode pemasarannya melalui online. Sehingga metode pemasarannya tidak hanya secara konvensional saja. Kini jangkauan pasarnya menjadi lebih luas.
“Saat pandemic, saya mulai melakukan pemasaran menggunakan media online agar mempermudah dan memperluas jangkauan pasar,” imbuhnya.
Fathur berharap, kedepan ia dapat meningkatkan jumlah ternak ayam petelur, dengan demikian ia juga dapat memperluas lapangan pekerjaan.
Penulis: Rudhono l Editor: Dian