Anul, Pemuda Asal Jombang Perintis Imaji Sociopreneur di Jember

Nama Imaji diambil dari kata “imajinasi” dimana Anul beserta para pemuda lainnya memiliki mimpi-mimpi yang ingin diaksikan dan direalisasikan di masa depan. Mimpi yang diharapkan oleh Anul, yaitu bagaimana melakukan kegiatan dan aktifitas yang memiliki dampak pada lingkungan serta masyarakat sekitar.

Moch. Musta’anul Khusni atau yang akrab dipanggil Anul ini meyakini bahwa derajat hidup manusia ditentukan oleh kebermanfaatnya bagi sekitarnya. Oleh karena itu, pasca lulus S1 Jurusan Hukum di Universitas Jember, Ia memutuskan untuk menetap di Jember. Pada tahun 2014, pemuda kelahiran Tuban tahun 1994 ini mengkoordinir teman sejawatnya membentuk kelompok pengabdian masyarakat yang dikenal sebagai “Komunitas Kampung Resikel” untuk kemudian pada tahun 2020 berubah menjadi Imaji Sociopreneur.

Awal merintis Imaji, Anul masih bekerja. Ia mengumpulkan dana dari hasil kerjanya untuk mendanai kegiatan dan program dengan membuat porto-porto terkait program-program yang ingin dijalankan kedepannya. Dari usaha tersebut, akhirnya program yang di jalankan di Imaji Sociopreneur berhasil dan bisa dijalankan bersama dengan pemerintah, swasta, maupun investor lainnya. Meskipun Imaji bentuknya perusahaan tapi secara pekerjaan awalnya semuanya relawan tidak digaji. Namun, seiring berjalannya waktu karena banyak investor masuk yang tertarik dengan kegiatan yang ada di Imaji, akhirnya Ia dapat memberikan gaji kepada karyawannya. Imaji saat ini yang berada di pusat, memiliki sejumlah 26 karyawan sedangkan yang ada di masing-masing desa terdapat 150 orang.

Nama Imaji diambil dari kata “imajinasi” dimana Anul beserta para pemuda lainnya memiliki mimpi-mimpi yang ingin diaksikan dan direalisasikan di masa depan. Mimpi yang diharapkan oleh Anul, yaitu bagaimana melakukan kegiatan dan aktifitas yang memiliki dampak pada lingkungan serta masyarakat sekitar, sehingga memunculkan slogan dari Imaji adalah “aksikan mimpimoe…!!!”. Sedangkan kata “sociopreneur” adalah penyematan identitas serta idealisme dari Imaji yang memiliki fokus gerak di bidang sosial kewirausahaan.

Imaji memiliki prinsip pengabdian triangle priority atau segitiga prioritas, dimana prioritas yang pertama adalah masyarakat, klien dan tim. Menurut Anul ketiga-tiganya harus seimbang dan tidak boleh berat sebelah. Selain itu, Imaji juga memiliki prinsip yaitu bekerja dan berkarya. Imaji tidak hanya memberikan program kepada masyarakat dan masyarakat yang melaksanakan, akan tetapi Imaji sebelum melakukan program di suatu desa harus melakukan sesi FGD (Focus Group Discussion) kepada masyarakat untuk mengumpulkan aspirasi mereka. Sesi FGD tersebut berguna untuk bagaimana kedepannya progam ini akan dijalankan, sehingga unsur masyarakat sangat tinggi.

Acknowledgment dan diskusi bersama perangkat desa dan masyarakat
 (foto: Anul).

Lambat laun, Anul sebagai direktur utama beserta teman-temannya merambah ke sektor pendidikan dan sektor ekonomi kreatif. Sehingga Imaji Sociopreneur sekarang memiliki fokus pada tiga sektor. Diantaranya sektor pendidikan (Imaji Academy), sektor ekonomi (Sociopreneur Community), dan sektor Lingkungan (Imaji Lingkungan). Latar belakang dari Imaji Academy adalah untuk menaggulangi permasalahan pendidikan di Indonesia, khususnya di Jember.

Anul dalam wawancaranya mengatakan “Nah dari situ kami malakukan pendampiangan baik itu kepada orang tua dan juga kepada anak-anak terutama agar mereka tidak menjadikan anak mereka sebagai pekerja anak dan anak-anak tidak menjadikan diri mereka sebagai pekerja anak. Salah satunya adalah dengan memberitahukan tentang hak dan kewajiban anak dan hak dan kewajiban orang tua. Hal ini orang tua itu ee wajib memberikan waktu kepada anak-anak untuk ee bisa bermain dan belajar dan sedangkan kepada anak-anak mereka ee salah satu apa mereka kewajiban utamanya adalah belajar, dan ketika mereka harus membantu orang tuanya maka harus membantu pada pekerjaan-pekerjaan yang ringan”.

Salah satu program andalan Imaji Academy adalah Agricultural Labor Practice Village (ALP Village) bekerja sama dengan Yayasan MIMPI Indonesia serta PT. Universal Tempu Rejo. Program ini merambah 5 desa bagian selatan Jember dengan total desa yang menjadi titik lokasi KBM Imaji Academy sejumlah 7 desa dengan peseta didik mencapai 323 orang. Masing-masing dibebaskan mengkreasikan nama Imaji. Diantaranya Desa Lembengan (Imaji Academy Berkarakter) dan Slateng (Imaji Academy Cahaya), Desa Andongsari (Imaji Academy Maju Berkarya) dan Sabrang (Imaji Academy Al-Ihsan), Desa Bagon (Imaji Academy Darussalam 02),; Desa Balung Lor (Imaji Academy Berkah), dan Desa Kesilir (Imaji Academy Terate). Selain itu, terdapat 23 kelompok masyarakat sebagai ‘kawan belajar’ yang bersinergi bersama Imaji Academy.

ALP League seleksi Desa Lojejer
 (foto: Anul).

Peserta didik dalam proses belajarnya akan dipetakan ke dalam dua kelas, yakni baca-tulis-hitung (Calistung) dan kelas fitur. Khusus untuk kelas fitur terdapat berbagai macam fitur yang dapat dipilih oleh peserta didik, yakni fitur agriculture berfokus pada pengenalan keanekaragaman flora dan fauna di lingkungan sekitar, fitur literasi memiliki fokus untuk membiasakan menulis dan membaca serta pengaplikasiannya untuk membuat karya, fitur sociopreneur berfokus pada pengenalan dalam berwirausaha dengan konsep sosial, fitur seni dan budaya memiliki fokus pada pengenalan serta mengajarkan kebudayaan dan kesenian tradisional, fitur olahraga pancake silat memiliki fokus pada minat dan pembentukan karakter melaui bela diri. Imaji Academy juga menyediakan fasilitas untuk menunjang KBM, diantaranya Taman Baca Masyarakat (TBM), Taman Edukasi yang didalamnya terdapat mini garden dan mini zoo serta fitur agriculture, dan Learning Center untuk pusat KBM.

Selanjutnya, untuk Imaji Lingkungan Anul menyebutkan memiliki program untuk mendampingi para petani tembakau dan masyarakat desa ALP Village, yakni aktivitas pemilihan, pengolahan, dan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah memiliki beberapa program, diantaranya program Bank Sampah Mawar Putih yang memiliki 80 nasabah diterapkan oleh Desa Kesilir dan Desa Andongsari. Sedangkan program yang memiliki orientasi pada penguatan kelompok sosial di bidang pengelolaan sampah, green protocol waste lab diterapkan oleh Desa Bagon dan Desa Sabrang yang sudah menerapkan sistem penjemputan dari rumah nasabah untuk manajemen pengelolaan sampah. kemudian program Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) untuk Desa Balung Lor dan Dukuh Dempok dengan menerapkan sistem manajemen pemrosesan sampah secara terpadu di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk meningkatkan nilai ekonomi sampah. Program tersebut bekerja sama dengan 23 kelompok sosial, masyarakat desa yang terlibat dalam program tersebut sejumlah 150 orang, sedangkan untuk sampahnya terdapat 446.08 kg sampah berjenis plastik, 641.96 kg sampah berjenis kertas, dan 461.25 kg sampah berjenis besi pada tahun 2021.

Salah satu warga mengungkapkan, Beruntung sekali kami segera mendapati sebuah lembaga yg bergerak di sosial prenuer (IMAJI). Dengan adanya kerja sama kami (BUMDes & Imaji) . Ini adalah langkah strategis untuk memaksimalkan sebuah usaha yang potensial menjadi lebih masif dan profesional, dengan harapan itu kami berharap agar kerja sama ini bisa juga diterapkan di sebuah lembaga pemberdayaan usaha di daerah lain.

“Karena Imaji penuh dengan inovasi kreatifitas dan etos profesional dalam menjalankan sebuah usaha. Hal ini yg membuat saya berstigment bahwa salah satu langkah ingin memajukan sebuah perkembangan ekonomi potensi desa, maka langkah ini bisa menjadi alternatif untuk meng-assesment mengembangkan sebuah pergerakan ekonomi. Semoga ini menjadi berkah. Dari sampah menjadi berkah dan aksikan mimpimu” tutupnya.

Exit mobile version