Nasional, Deras.id – Kebijakan penerapan Tabungan Perumahan Rakyat (Tepera) yang akan diberlakukan terhadap para pekerja baik swasta atau ASN, memicu penolakan tegas dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
Roy selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat FSP TSK SPSI mengungkapkan peraturan tersebut akan mempersulit para buruh dengan diberlakukan potongan iuran wajib dari upah setiap bulan.
“Menolak PP 21 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat. PP Tapera hanya semakin mempersulit,” ujngkapnya Rabu (29/5/2024).
Roy mengungkapkan jika adanya potongan dari penerapan kebijakan Tapera, maka beban buruh pun semakin tertekan dan hanya akan mengurangi pemasukan para buruh.
Beliau pun mengungkap, peraturan kebijakan Tapera hanya sandiwara pemerintah untuk mengumpulkan dana dari para buruh. Seharusnya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah meringankan beban buruh, bukan malah menyusahkan.
“Dana dari buruh yang dikelola oleh Badan Pengelola Tapera yang gaji dan biaya operasional BP Tapera dibebankan dari simpanan rakyat yang diwajibkan melalui UU Tapera. Pemerintah tidak mempunyai sensitivitas dengan kondisi rakyat khususnya buruh yang sangat sulit. Kita tahu tahun ini kenaikkan upah buruh sangat kecil, bahkan ada yang naik cuman Rp13.000 per bulan akibat UU Cipta Kerja,” ungkap Roy.
Roy meminta pemerintah untuk membatalkan peraturan kebijakan Tapera di tengah sulitnya kondisi perekonomian para buruh. Ekonomi para buruh saat ini belum stabil dari transisi pasca pandemi Covid-19 yang mengakibatkan lonjakan harga bahan-bahan pokok, ditambah dengan adanya potongan pajak penghasilan.
Beliau pun tak segan mengintimidasi apabila pemerintah tidak menggubris respons permintaan para buruh, maka sejumlah buruh akan mengadakan aksi penolakan secara besar-besaran
“Jangan rakyat selalu menjadi korban kebijakan pemerintah. Kami meminta kepada pemerintah untuk membatalkan dan mencabut PP tersebut. Kalau pemerintah memaksakan, buruh akan mengambil jalan untuk melakukan aksi penolakan,” ungkap Roy.
Penulis: M.F.S.A I Editor: Dinda
