Mengulang Cerita Dongeng Inter Milan
Jakarta, Deras.id- Inter Milan pernah berada di era kejayaan. Puncaknya adalah pada musim 2009-2010. Salah satu hal magis yang diciptakan adalah dengan mampu melakukan treble winner dalam satu musim turnamen. Kejayaan itu seolah hilang begitu saja. Inter Milan secara mengejutkan menjelma sebagai tim yang mudah sekali dihancurkan. Inter Milan setelah itu mengalami paceklik gelar juara selama satu dekade lebih.
La Beniamata (Julukan Inter Milan) baru bisa mengakhiri puasa gelarnya pada musim 2020/2021. Inter Milan waktu itu sukses memenangkan perburuan gelar dengan Atalanta yang finish di urutan ke dua. Keberhasilan membawa pulang kembali Scudeto ke Giuseppe Meazza (nama markas Inter Milan) seolah menjadi titik balik Inter Milan. Meski gagal mempertahankan gelar pada musim selanjutnya, namun inter milan tampil meyakinkan dengan finish di posisi kedua dan mampu mengamankan gelar Copa Italia. Inter Milan juga melesat jauh di Liga Champions sampai ke partai puncak. Kendati gagal juara, anak-anak asuhan Inzhagi layak di apresiasi atas performanya waktu itu.
Musim 2023-2024 Inter Milan kembali ke bentuk terbaiknya. Setelah kemenangan di Piala Super Italia pada Januari 2024 lalu, Inter Milan seolah ditakdirkan untuk menggenapi trofinya dengan scudeto. Nerazzurri (Julukan lain Inter Milan) melaju mulus di seri A musim ini. Mereka kokoh di puncak klasemen. Simone Inzaghi nampaknya tau betul cara membuat Inter menjadi tim yang menakutkan. Serangannya tajam, pertahanannya tangguh, caranya meneror pertahanan lawan dinantikan oleh para penggemarnya. Dan yang paling penting Inter dibuatnya konsisten. Inter disebut sebut akan kembali pada masa kejayaannya.
Mengumpulkan 75 poin dari 28 laga inter berjarak 16 poin dari AC Milan di posisi kedua itu gap yang teramat jauh kemungkinannya. Kecil bag AC Milan dan Juventus yang berada di belakangnya untuk mengejar. Pelatih Milan Stefano pioli sendiri mengakui kalau perburuan gelar squdeto itu telah berakhir.
“Dia (Inter Milan) hampi pasti akan menjuari liga musi ini, persaingan sudah berakhir,” ucapnya setelah pertandingan terakhir AC Milan sebelum jeda Internasional.
Tidak ada tanda-tanda kalau Inter bakal tergelincir dari singgasananya. Inter baru menelan satu kekalahan dan tiga hasil imbang dari 28 laga yang telah dimainkan. Inter menjadi tim paling produktif di lima Liga Top Eropa dengan torehan 70 gol. Mentalitas yang selalu ditunjukan diatas lapangan. Para pemain pantang menyerah, terus mengejar bola dan rapi dalam skema. Hal tersebut yang menjadikan determinasi Intermilan di seri A tidak terbantahkan. Banyak pundit bola menilai bahwa cerita dongeng keperkasaan si biru hitam akan segera dimulai kembali.
Kedigdayaan Inter Milan di nilai akan terus konsisten saat ditinjau pada 2 musim terakhir. Selain itu manajemen yang dipimpin oleh Josepe Marota memberikan rasa aman bagi Inter. Sejak bergabung tahun 2018 lalu, Marota membantu klub memperoleh kembali pijakannya di level domestik maupun kontinental melalui strateginya membangun skuad Inter dengan kombinasi pemain muda dan pemain sepuh. Marota masih melakukan kebiasaan lamanya membeli pemain yang sudah dianggap habis seperti Mikhtarian dan Arnold Tommy. Marota juga cerdik dalam merekrut pemain potensial tapi tak perlu mengeluarkan mengelontorkan banyak dana, hal ini terlihat bagaimana ia mendapatkan turam secara gratis.
Konsistensi Inter Milan jelas akan menambah skala kompetitif di Liga Champions mendatang, Nerazzurri jelas akan menjadi momok menakutkan bagi tim manapun yang akan berhadapan dengannya.
Penulis: Rizal l Editor: Apr