Jakarta, Deras.id – Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syariefuddin Hasan menilai wacana pembentukan koalisi besar yang digagas oleh partai pendukung Jokowi akan sulit terbentuk. Penyebab utamanya adalah sulitnya dalam menentukan calon RI-1 dan RI-2 yang akan diusung dengan banyaknya partai yang tergabung dalam koalisi tersebut.
“Siapa yang mau jadi capres, siapa yang mau jadi cawapres, ya kan, jadi banyak yang menjadi pertimbangan, tidak mudah,” kata Syariefuddin kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (6/4/2023).
Semua partai yang tergabung dalam koalisi besar disebut bakal menyodorkan calonnya sendiri untuk menjadi capres atau cawapresnya. Sehingga sebagian partai dinilai tidak akan menerima secara lapang dada jika kadernya tidak diusung sebagai capres maupun cawapresnya.
“Semua partai menginginkan kadernya menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka, ya kan, jadi pertanyannya apakah partai tertentu itu mau merelakan, mau mengorbankan kadernya untu tidak menjadi sesuatu, kan begitu,” tambahnya.
Sementara itu, Syariefuddin meyakini bahwa partai yang sudah tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) tidak mungkin berbelot ke koalisi besar, termasuk NasDem. Meskipun NasDem merupakan partai yang mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019.
“Nggak mungkin dong (NasDem ke koalisi besar). Orang NasDem sudah terikat sama koalisi kita, nggak mungkin,” tutur Syarief.
Saat ini KPP ingin lebih fokus menyusun strategi untuk memenangkan capres-cawapres yang mereka usung. Dan tidak akan terlalu merisaukan perihal koalisi besar yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.
“Kami dari Partai Demokrat bersama-sama yang sudah bergabung dengan NasDem dan PKS tidak terlalu merisaukan ya kan, Karena bagi kami bagaimana memenangkan capres dan cawapres yang diusung oleh koalisi KPP ini,” pungkasnya.
Penulis: Kusairi l Editor: Ifta