Jakarta, Deras.id – Pemerintah sedang merencanakan strategi besar bagi Indonesia agar menjadi negara maju. Strategi besarnya yakni dengan menciptakan ekosistem mobil listrik dan baterai kendaraan listrik (EV).
“Kita ingin menyatukan, mengintegrasikan yang namanya seluruh kekayaan alam ini menjadi satu barang yang nanti dibutuhkan, yang namanya EV baterai, litium baterai. Di situ ada komponen dari nikel, tembaga, timah, bauksit, dan semuanya harus kita satukan, kita integrasikan sehingga muncul nanti yang namanya EV baterai dan babak selanjutnya ekosistem yang lebih besar yang namanya mobil listrik yang ke depan mau tidak mau semua negara akan mencari barang ini,” tutur Presiden Joko Widodo dalam keterangan tertulis pada akun resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia dikutip Deras.id, Rabu (1/2/2023).
Strategi ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan tidak terjebak pada negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Namun strategi ini memiliki tantangan dalam mengintegrasikan komponen-komponen baterai dan mobil listrik tidaklah mudah walaupun Indonesia mempunyai hampir semua bahan yang dibutuhkan. Terdapat dua tantangan yang dihadapi, yakni dari sisi geografis dan dari sisi eksternal.
Tantangan dari sisi geografis yakni bagaimana menyatukan berbagai bahan tambang yang lokasinya tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Sedangkan dari sisi eksternal, misalnya gugatan dari Uni Eropa terhadap Indonesia disebabkan pemerintah menghentikan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah.
Walaupun Indonesia kalah dalam gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Presiden Jokowi tidak akan mundur dan tetap konsisten dalam menghentikan ekspor barang tambang lainnya dalam bentuk bahan mentah. Apabila mundur, Indonesia tidak akan menjadi negara maju.
“Kalau kita digugat kemudian kita mundur, jangan berharap negara ini akan menjadi negara maju, jangan berharap,” kata Presiden Jokowi.
Penulis: Risca l Editor: Ifta