Jakarta, Deras.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan ekspor tahun 2023 mengalami pertumbuhan positif. Meskipun lebih lambat dari tahun lalu, nilai ekspor tahun ini diproyeksikan naik di 12,8% dan nilai impor pada angka 14,9%.
“Tahun 2022 ekspor kita tumbuh 29,4 persen, impor tumbuh 25,37 persen. Tahun depan (2023) diproyeksikan ekspornya, karena kita basisnya sudah tinggi, itu ekspornya naik di 12,8 persen, impornya 14,9 persen,” kata Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam keterangan tertulis pada akun resmi Sekretariat Kabinet RI dikutip Deras.id, Rabu (11/1/2023).
Airlangga menyampaikan untuk melakukan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tenang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam. Tujuannya untuk memperbaiki agar ekspor dan surplus neraca perdagangan meningkat sejalan dengan peningkatan dari cadangan devisa.
“Saat ini hanya sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan yang diwajibkan masuk dalam negeri. Nah ini kita akan masukkan juga beberapa sektor termasuk sektor manufaktur. Jadi dengan demikian, kita akan melakukan revisi (PP Nomor 1 Tahun 2019), sehingga tentu kita berharap peningkatan ekspor dan juga surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan peningkatan dari cadangan devisa,” ujar Airlangga
Negara dengan pangsa pasar ekspor tertinggi adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika Serikat, India, Jepang, serta Malaysia. Selain itu, antarnegara anggota ASEAN (intra-ASEAN trade) nilai perdagangannya juga masih cukup tinggi. Pemerintah akan mendorong pasar nontradisional, seperti Afrika terutama di pantai timur melalui Nigeria dan di pantai barat itu Kenya. Dan, tentu LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) untuk didorong agar bisa membantu ekspor dalam negeri.
Sebagai informasi, pada tahun 2022 nilai perdagangan eskpor Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai sebesar Rp 268 Miliar. Peningkatan tersebut didukung oleh komoditas utama yakni besi baja, bahan bakar fosil, serta minyak kelapa sawit.
Penulis: Risca l Editor: Ifta