Momen Lebaran Tumbuhkan Ekonomi Secara Signifikan
Lebaran Idul Fitri merupakan momen kemenangan bagi umat islam, setelah sebulan melewati Ramadhan. Lebaran di Indonesia identik dengan mudik “pulang kampung” dimana menjelang Lebaran banyak orang berbondong-bondong balik ke kampung halamannya.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik pada Lebaran Idul Fitri tahun 2023 ini sebanyak 123,8 juta orang. Jumlah itu mengalami kenaikan 14,2% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya sekitar 85,5 juta orang. Meningkatkannya jumlah pemudik pada momen Lebaran tahun ini karena aturan larangan mudik telah dihapus. Sehingga, banyak orang memanfaatkan momen ini untuk bisa bercengkrama bersama keluarga di kampung halaman.
Momen lebaran pada tahun ini diperkirakan akan terjadi peningkatan perekonomian, disebabkan oleh mobilisasi penduduk yang tinggi “pengguna transportasi”. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan libur lebaran untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata. Sehingga destinasi wisata merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi saat momen lebaran.
Trend jumlah pemudik saat lebaran
Lebaran benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai momen balik ke kampung halaman, sebab khususnya untuk lebaran idul fitri merupakan liburan yang cukup panjang. Sehingga masyarakat memiliki banyak waktu untuk memuaskan hasratnya mengobati rindu akan kampung halaman dan juga sebagai momen berlibur bersama keluarga.
Pemerintah resmi menetapkan libur lebaran dan cuti bersama 2023 pada tanggal 19-25 April. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama (Menag), Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PANRB) tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023.
“Menteri PANRB, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Agama telah melakukan penandatanganan atas perubahan SKB 3 Menteri Tentang Hari Libur dan Cuti Bersama Tahun 2023,” ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Rabu (29/3/2023).
Pada momen mudik lebaran kali ini jumlah pemudik terbilang cukup tinggi yaitu berdasarkan data BPS diperkirakakan sebanyak 123,8 juta orang akan melakukan mudik lebaran. Hal menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data informasi yang dihimpun dari Kemenhub pada tahun sebelumnya yakni 2022, terdapat 85,5 juta orang pemudik.
Sedangkan pada tahun 2021 hanya terdapat 1,5 juta orang pemudik. Rendah mobilisasi atau arus mudik di tahun 2021-2022 dikarenakan pada tahun tersebut Indonesia dilanda Covid-19, dan Pemerintah mengeluarkan Kebijakan Larangan Mudik Lebaran untuk menghindari adanya penularan Covid-19.
Lebih jauh lagi, jika ditanjau berdasarkan sub provinsi atau daerah diketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang memiliki arus mudik lebaran terbanyak. Menurut data dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang Kemenhub), daerah dengan mobilitas pemudik terbanyak yaitu Jawa Timur, dimana pada tahun 2022 terdapat 21,2 juta (17,7%) orang pemudik.
Kondisi perekonomian Indonesia
Pertumbuhan perekonomian saat lebaran menjadi hal yang menarik untuk dikaji, sebab perputaran ekonomi kemasyarakatan “desa-pusat” akan terjadi peningkatan yang signifikan, hal ini dikarenakan tingginya mobilisasi penduduk untuk menggerakkan perekonomian baik itu karena penggunaan transportasi, tingginya tingkat konsumtif yaitu berbelanja saat momen lebaran dan juga kunjungan penduduk ke tempat-tempat pariwisata.
Kondisi perekonomian pada masa lebaran dapat dikatakan baik, sebab terjadi perputaran uang yang masif baik itu di wilayah kota ataupun desa. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari tingginya kebutuhan akan “pertukuran” uang tunai untuk Tunjangan Hari Raya (THR) dll. Berdasarkan data yang dihimpun dari databoks.co.id, pada momen lebaran tahun ini Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang tunai pecahan kecil dan besar hingga Rp 195 triliun, nilai ini lebih tinggi dari lebaran sebelumnya yang sekitar Rp 180 triliun.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan jika nantinya akan terjadi perputaran perekonomian yang cukup tinggi saat-saat menjelang dan ketika lebaran. Sebab bila dilihat dari data nilai pertukaran uang di momen lebaran ini adalah yang tertinggi sejak 2014-2022.
Sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi saat lebaran dipengaruhi oleh mobilisasi masyarakat yang tinggi dibeberapa sektor perekonomian, dimana hal ini turut serta mempercepat perputaran uang. Sektor-sektor yang umumnya menyumbang pertumbuhan ekonomi saat lebaran yaitu penggunaan tranportasi, pariwisata, dan tingginya aktivitas belanja.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub), mencatat bahwa hasil pemantauan dari Posko Angkutan Lebaran 2023 menunjukkan pergerakan penumpang angkutan umum dan kendaraan mudik lebaran terjadi peningkatan. Pemantauan ini meliputi 111 terminal, 16 pelabuhan penyeberangan, 51 bandara udara, 110 pelabuhan laut, 13 Daop, 42 Gerbang Tol dan 20 ruas jalan arteri.
Berdasar data sementara yang dihimpun Kemenhub pada hari Jumat (14/04/2023), diketahui jumlah penumpang umum sebanyak 535.914 orang atau naik 1,93% dibanding tahun 2022 dan naik 33,91% dibanding 2019. Terkait lonjakan jumlah penumpang umum pada arus mudik tahun ini juga disampaikan lebih lanjut oleh Juru Bicara (Jubir) Kemenhub, Adita Irawati.
“Peningkatan jumlah penumpang tertinggi terjadi di angkutan udara. Persentasenya mencapai 39,03 persen dari total jumlah penumpang angkutan umum di semua moda pada Jumat atau H-8” pungkasnya dalam keterangan resmi pada hari Jumat (15/04/2023).
Selain sektor transportasi, pariwisata juga menjadi penyumbang tertinggi terjadinya perputaran dan pertumbuhan ekonomi saat lebaran. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno turut memberikan pendapatnya perihal target dan perkiraan jumlah wisatawan selama libur lebaran 2023.
“Ini menjadi modal utama pencapaian target kita yaitu 1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara dan 4,4 juta lapangan kerja di 2024” pungkasnya.
Tingginya aktivitas di sektor wisata tentu menjadi pendongkrak ekonomi kemasyarakatan sebab di sektor ini banyak aktivitas kehidupan yang terlibat seperti pelayanan jasa “tour guide”, penjualan makanan, minuman dan aksesoris di area wisata, hal ini akan menjadi lapangan kerja baru menambah pundi-pundi pendapatan bagi masyarakat sekitar.
Hal ini dapat terjadi karena dengan tingginya kunjungan wisata membuat permintaan akan ketersediaan makanan-minuman semakin tinggi, lahan parkir yang cukup luas untuk menampung kendaraan wisatawan. Dimana dari dua hal ini saja masyarakat sekitar sudah terdampak secara ekonomi dalam peyediaan layanan barang (penjualan makanan-minuman) dan jasa parkir.
Sektor lain yang tidak boleh lepas dari sorotan yaitu aktivitas belanja masyarakat, sebab pada masa lebaran kegiatan belanja sangat masif terjadi. Data Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa Indeks Penjualan Rill (IPR) Maret 2023 sebesar 215,2 atau naik dari 201,2 pada bulan Februari 2022. Hal ini juga didukung dari data Hasil Spending Index (HSI) yang menunjukkan nilai belanja pada akhir Maret 2023 mencapai 136,4 atau tertinggi semenjak Januari 2023.
IPR merupakan acuan dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Sehingga apabila nilai IPR tinggi menunjukkan jika terjadi peningkatan aktivitas belanja masyarakat. Tentu dengan tingginya aktivitas belanja masyarakat akan mendorong penguatan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi.
Namun, hal yang juga perlu diperhatikan adalah pemerintah perlu menjaga stabilitas harga agar nantinya tidak terjadi inflasi “kenaikan harga secara terus menerus” akibat tidak terkendalinya laju inflasi. Head of Mandiri Institute, Teguh Yudo Wicaksono juga angkat bicara perihal hal ini.
“Bila harga-harga terkendali, maka konsumsi masyarakat di kuartal II-2023 akan lebih baik dari tahun lalu” ujarnya.
Maka dari itu, alangkah baiknya momentum perayaan libur lebaran perlu dimanfaatkan secara baik, agar kebaikan yang akan selalu diperoleh. Hal yang menjadi fokus utama yaitu, dengan tingginya mobilisasi masyarakat saat libur lebaran tidak hanya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kemasyarakatan dalam jangka pendek saja. Namun bisa berdampak lebih jauh, untuk itu peran kesadaran pribadi dan peran pemerintah sangat diperlukan.
Penulis: Hvd l Editor: Uud