Meredupnya Media Cetak
Media cetak saat kian nampak terpuruk, tidak hanya di kancah nasional, di kancah internasional pun mulai bergejolak. Bisnis media cetak ditinggalkan para pemiliknya akibat perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat.
Cepatnya perkembangan teknologi pada masa kini terkhususnya internet, sudah merubah cara seseorang mempergunakan media bahkan di seluruh dunia. Berubahnya bentuk penyampaian informasi atau pesan dari bentuk cetak kepada online tentu saja akan memberikan dampak pada masa depan dari media
Realitasnya, media cetak mulai ditinggalkan para pembaca karena lebih suka membuka media massa melalui ponsel, komputer, atau perangkat digital lainnya yaitu media Online.
Pembaca media cetak kini mulai menurun drastis, yang dulu menjadi primadona, kini sudah mulai tersingkir karena majunya teknologi media. Hal ini berdasarkan temuan pada survei Reuters Institute terbaru bertajuk Digital News Report 2023.
Dipilihnya media online sebagai sumber berita utama masyarakat Tanah Air telah berlangsung sejak 2021 hingga 2023 secara berturut-turut. Meski demikian, trennya menurun dalam dua tahun terakhir.
Beralih pada media digital
Tercatat, responden yang menggunakan media online sebagai sumber berita utama sebanyak 89 persen pada 2021. Kemudian, proporsinya menurun menjadi 88 persen pada 2022 dan menurun drastis menjadi 84 persen pada 2023.
Selanjutnya, media sosial menempati posisi kedua sumber berita masyarakat Indonesia. Proporsi responden yang memilih sumber berita itu fluktuatif dalam dua tahun terakhir seperti terlihat pada grafik di atas.
Sama halnya dengan media sosial, tren penggunaan televisi sebagai sumber berita masyarakat Indonesia cenderung fluktuatif dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, tren penggunaan media cetak di Indonesia menurun selama dua tahun berturut-turut.
“Media online dan media sosial tetap menjadi sumber berita terpopuler di Indonesia dengan sampel kami yang lebih urban, tetapi TV dan radio tetap penting bagi jutaan orang yang tidak online,” ujar Reuters Institute, dikutip Sabtu (17/06/2023).
Jumlah perusahaan anggota media cetak yang tergabung dalam Serikat Perusahaan Pers (SPS) terus merosot dari tahun ke tahun. Pada 2021, masih ada 593 media cetak yang terdaftar di serikat tetapi hanya tersisa 399 media pada 2022.
Iklan media cetak terus menurun
Pada saat ini industri media cetak tidak hanya menghadapi persaingan dengan sesama media cetak berupa advertising, akan tetapi juga menghadapi persaingan baru dengan pers multimedia dari berbagai platform serta keunggulannya, termasuk dengan selebgram dan influencer lainnya melalui media sosial mereka.
Iklan media cetak, baik koran maupun majalah mengalami penurunan sepanjang 2015-2016. Data Nielsen Advertising Information Services (AIS) menunjukkan bahwa belanja iklan koran dan majalah menunjukkan penurunan dalam dua tahun terakhir. Munculnya media sosial dan media online telah menggerus belanja iklan media cetak.
Belanja iklan koran sepanjang 2016 mengalami penurunan 4,5 persen menjadi Rp 29,4 triliun dari posisi 2015. Demikian pula iklan majalah pada 2016 juga menyusut 15,8 persen menjadi Rp 1,6 triliun dari tahun sebelumnya.
Hellen Katherina, Executive Director, Media Business Nielsen Indonesia mengungkapkan bahwa penurunan belanja iklan koran dan majalah akibat berkurangnya jumlah media yang beroperasi. Monitoring belanja iklan media cetak mencakup 99 surat kabar serta 123 majalah dan tabloid. Angka belanja iklan didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung diskon, promo, bonus dan lainnya.
Menurut perkiraan Dentsu, perusahaan periklanan internasional yang bermarkas di Jepang, nilai belanja iklan global mencapai US$713 miliar pada 2022. Tahun lalu media digital menguasai pangsa pasar iklan terbesar, dengan nilai US$394,4 miliar atau 55,3% dari total belanja global.
Media Cetak Tak Lagi Prospektif
Bisnis media cetak kini tak lagi menguntungkan, harga produksi yang mahal dan sasaran pembaca tidak lagi mencakup ke segala kalangan menjadi alasan para pemilik media cetak menutup bisnis tersebut. Di tengah pesatnya persaingan, perusahaan/media cetak baik berupa buku, majalah dan koran perlu mentransformasi diri untuk ikut menguasai perkembangan teknologi digital media.
Persaingan itu tentunya berdampak pada omzet usaha dari para pelaku usaha cetak, terutama mengalami penurunan pemasukan dan mengakibatkan daya tarik terhadap iklan pada media tersebut semakin berkurang.
Di era digital saat ini muncul new media dan masyarakat pada realitasnya mulai meninggalkan media tradisional atau konvensional yaitu Koran, Radio dan nantinya televisi juga akan digantikan oleh televisi online.
Media cetak suatu saat nanti mungkin akan hilang. Tetapi sebagai sebuah media informasi yang terus update dengan realitas sosial akan terus langgeng, bahkan dengan isi yang lebih kaya. Paradigma masyarakat untuk mendapatkan informasi melalui internet adalah gratis menyulitkan media cetak untuk menentukan harga Koran yang diedarkan kepada pembaca atau pelanggan.
Penulis: Uud | Editor: Arno