Menjegal Anies: Prabowo Pemain Cadangan Mematikan di Leg Kedua Pilpres
Tiga nama bakal calon presiden seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan telah dipastikan mengantongi tiket pencalonan pemilihan presiden tahun mendatang. Sejumlah lembaga survei baru-baru ini merilis ketiga calon tersebut bersaing ketat secara persentase suara. Oleh karena itu, Pilpres 2024 sangat berpotensi terjadi dua putaran, karena salah satu calon sulit untuk memenangkan suara lebih dari 50 persen dan memperoleh 20 persen di setiap provinsi, sebagaimana diatur dalam Pasal 6A Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945.
Poltracking Indonesia melakukan survei pada 9-15 April 2023. Dalam survei ini, sebanyak 1.220 responden di 34 provinsi dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat. Hasilnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra yang sebelumnya pada Februari 2024 berada di peringkat kedua dengan elektabilitas 26,1 persen kini menggeser Ganjar di posisi pertama dengan elektabilitas 33,0 persen.
Ganjar Pranowo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) turun di peringkat kedua dengan raihan suara sebanyak 31,1 persen. Padahal sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah itu elektabilitasnya mencapai 34,6 persen.
Sementara itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diusung Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Demokrat, masih berada di peringkat ketiga dengan perolehan sebanyak 22,4 persen.
”Ganjar turun ini mungkin karena dinamika batalnya Piala Dunia U-20, ini koreksi untuk Ganjar, tetapi jangan lupa Ganjar baru saja dideklarasikan. Mungkin ada potensi Ganjar bisa naik setelah kepastian PDIP sudah mengusungnya,” kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR saat rilis survei secara daring, Jumat (28/4/2023).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers daring, Minggu (26/3/2023), menjelaskan, persaingan elektabilitas ketiga sosok tersebut berlangsung sengit karena tidak ada satupun yang mendominasi.
“Suasana ketidakpastian ini mungkin yang akan terus kita lihat sampai pendaftaran (capres dan cawapres) nanti. Ketidakpastian bukan hanya (mempengaruhi) di tingkat elite dalam menentukan capres dan juga koalisi yang sudah dibentuk tetapi belum ada capresnya, melainkan juga ada di tingkat massa, karena tidak ada sosok yang dominan,” kata Burhanuddin.
Cawapres sangat menentukan
Persaingan elektabilitas calon presiden yang ketat membuat pertaruhan calon Wakil Presiden sangat menentukan dalam memperoleh kemenangan. Sejauh ini, belum ada Capres yang menentukan pasangannya.
Hasil survei lembaga survei Poltracking Indonesia menempatkan Erick Thohir di posisi puncak. Dalam survei yang dilakukan pada April 2023, Eks Presiden Inter Milan itu berada di posisi pertama dalam 10 nama bursa cawapres dengan elektabilitas 17,1%. Angka ini mengungguli para pesaingnya yakni Menparekraf Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.
Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Idil Akbar menilai, tingkat keterpilihan Erick Thohir konsisten menguat di masyarakat. Fakta ini memperkuat posisi menteri BUMN tersebut dalam bursa cawapres. “Bila kemudian dalam survei nama Erick Thohir juga cukup memiliki nilai kompetitif sebagai cawapres dan seterusnya,” kata Idil, Jumat (28/4/2023).
Disisi lain, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy mengatakan tidak ada sinyal elemen inisiatif PDIP untuk memasangkan Erick sebagai cawapres Ganjar Pranowo. Menurutnya, penolakan PDIP terhadap penyelenggaraan Piala Dunia U20 sebagai tanda Ketua Umum PSSI bukan termasuk pilihan kandidat Cawapres Ganjar.
“Artinya ketika melihat bahwa pak Ganjar sebagai Gubernurnya PDIP menghajar Piala U20 itu kan secara politis terkonfirmasi ngak mau Erick PDIP. Kira-kira begitu kan”, kata eks Ketua Umum PPP itu dalam Podcast Chanel Youtube Akbar Faizal Unncensored, dikutip Jumat (28/5/2023).
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad menilai, sosok cawapres pendamping masing-masing capres ini mesti melengkapi dari ketiga figur. Andriadi mencontohkan, Prabowo Subianto yang memiliki latar belakang tokoh militer dan nasional, meski mencari cawapres yang notabene berlatar belakang tokoh Islam yang berasal dari NU atau Muhammadiyah.
“Prabowo bisa dengan Cak Imin atau Mahfud MD atau Khofifah, sedangkan Anies bisa juga dengan AHY atau Andika Perkasa,” kata Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) ini.
Menjegal Anies di putaran pertama
Guru Besar Hukum Tata Negara, Denny Indrayana menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut campur dalam urusan Pilpres 2024. Menurutnya, intervensi Jokowi amat kental dengan aroma ingin menjegal Anies Baswedan menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.
“Jokowi terbaca mendukung paslon Ganjar Pranowo-Sandiaga Uno, lalu juga mencadangkan sokongan kepada Prabowo Subianto-Airlangga Hartarto, sambil tetap berusaha menggagalkan pencapresan Anies Baswedan,” demikian narasi Denny dalam tulisannya itu, dikutip dari integritylawfirm.com.
Kubu penguasa (pemerintah) tampaknya sangat tidak ingin kekuasaan selanjutnya jatuh kepada Anies Baswedan. Hal ini tampak terlihat dalam beberapa pernyataan Jokowi yang terkesan berjalan dua kaki yang secara implisit mendukung kedua calon Presiden yakni Prabowo dan Ganjar.
Selain itu, Anies Baswedan yang juga didukung oleh partai oposisi disinyalir tidak akan melanjutkan visi pembangunan Presiden Jokowi. Terutama proyek Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur yang diprediksi selesai dalam 15 tahun kedepan.
Mengingat ketiga calon yang sama-sama kuat, maka putaran kedua bakal terlaksana. Baik Ganjar maupun Prabowo merupakan kandidat yang erat dengan pemerintah. Sementara Anies merupakan antitesa Jokowi bersama dengan pengusung dan pendukungnya.
Di kubu Ganjar, mereka sangat tidak ingin presiden selanjutnya jatuh kepada Anies karena dinilai berafiliasi dengan kelompok fundamentalis dan selama ini mereka kerap berseberangan dengan visi misi pemerintah.
Sementara dari kubu Anies sendiri, mereka tentu tidak ingin PDIP dan loyalis Ganjar bertengger lagi di pucuk kekuasaan karena dianggap menghalangi kebebasan berkelompok dan mencederai demokrasi, terlebih saat HTI dibubarkan oleh Presiden Jokowi
Fanatisme kedua kelompok tersebut menjadi peluang bagi Prabowo dan pengusungnya untuk mengambil alih suara dari kedua rivalnya baik dari Anies pun juga dari Ganjar Pranowo. Syaratnya, harus memperoleh minimal suara terbanyak kedua dibanding kedua calon lainnya.
Jika berhasil menempati suara terbanyak, maka Prabowo lebih mudah mendapatkan suara dari salah satu calon yang memiliki suara terendah, baik itu Anies maupun Ganjar Pranowo. Selaras dengan pendapat pengamat politik Abdul Hakim mengatakan, pada perhelatan pesta demokrasi 2024 nanti, Prabowo diunggulkan pada putaran kedua. .
“Di putaran kedua, dipastikan Prabowo akan unggul 50 persen plus 1 dari Ganjar Pranowo. Karena suara Anies Baswedan banyak bermigrasi ke Prabowo daripada ke Ganjar,” ujar Direktur Eksekutif Skala Survei Indonesia (SSI) itu (19/11/2022).
Aturan main dua putaran yang cukup pelik bagi ketiga capres bakal menyajikan Pilpres 2024 dua putaran. Tak ada calon yang unggul secara signifikan. Selama mengantongi tiket pencalonan, mereka sama-sama memiliki peluang untuk menang. Cawapres ideal yang diterima oleh banyak kalangan sangat mendukung untuk mendongkrak elektabilitas pasangan calon.
Penulis: Uud | Editor: Arno