Nasional, Deras.id – Publik dihebohkan dengan instruksi Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah agar menarik simpanannya di Bank BSI yang berjumlah trilliunan rupiah. Kendatipun pihak Muhammadiyah sudah klarifikasi bahwa komitmen untuk terus menjaga stabilitas ekonomi agar dapat bermanfaat untuk rakyat, setelah sikap tersebut Muhammadiyah masih dianggap berjalan di atas visi yang sama.
Hal penting yang harus diperhatikan oleh BSI usai salah satu mitranya tarik diri adalah tantangan setelahnya, setidaknya hal tersebut akan berpengaruh pada likuiditas hingga profitabilitas bank.
Yusuf Wibisono selaku Direktur Institute for Demographic and Piverty Studies (IDEAS) menyatakan bahwa tantangan yang jelas di depan mata dalam menyikapi sikap Muhammadiyah adalah ancaman jangka pendek dan jangka panjang yang berpotensi menjadi rush money.
Sebab jika dihitung dana simpanan Muhammadiyah sebesar Rp13 trilliun dari total DPK BSI yang berkisar Rp 300 trilliun. Walaupun dana yang ditarik tidak sampai setengah tapi efeknya sangat signifikan.
“(Ini) menjadi tantangan bagi BSI untuk memastikan bahwa pemindahan dana ini dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang cukup panjang,” ujarnya saat diwawancara, Jumat (7/6/2024).
Lebih tegas lagi Yusuf menjelaskan harus ada upaya mitigasi sesegera mungkin, sebab Muhammadiyah merupakan ormas Islam dengan anggota terbesar kedua setelah Nahdlatul Ulama’ (NU).
“Dampak (penarikan secara besar-besaran) masuk ke dalam dampak jangka panjang. Potensi (rush money) itu ada. Sikap Muhammadiyah tidak hanya berpotensi diikuti oleh Amal Usaha Muhammadiyah, namun juga oleh puluhan juta anggota dan simpatisan nya,” sambungnya.
Menurut Yusuf idealnya harus ada tindakan khusus dari BSI berupa pendekatan persuasif kepada Muhammadiyah sehingga potensi negatif yang akan terjadi terminimalisir dengan baik.
Yusuf juga memaparkan data bahwa sejak merger 3 bank BUMN syariah, industri perbankan syariah cenderung didominasi oleh BSI. Bahwa BSI menguasai 40% dari total aset bank syariah nasional hingga mencapai angka Rp358 trilliun.
“Langkah Muhammadiyah meski tidak akan mengubah situasi secara signifikan, namun setidaknya akan membuat persaingan di industri perbankan syariah menjadi lebih sehat,” ujarnya.
Piter Abdullah selaku Executive Director Segara Research Institute saat menanggapi persoalan yang sama, dia menilai bahwa penarikan dana yang terjadi mau tidak mau akan menyebabkan tekanan likuiditas. Bahkan jika tidak ada tindakan segera, hal tersebut akan berdampak pada profitabilitas.
“Dana bank (secara umum), termasuk BS (biasanya) tidak dalam bentuk cash karena sudah disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Maka, ketika ada penarikan dana yang begitu besar pasti akan menyebabkan tekanan likuiditas,” tambahnya.
Penulis: M.F.S.A I Editor : Dinda