Jakarta, Deras.id – Pertemuan 5 pemuda Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog, salah satunya adalah dosen filsafah di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia). Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Zainul Maarif.
“Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Saudara Zainul Maarif untuk mempertanggungjawabkan aktivitas yang bersangkutan mengingat kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi Unusia dan bertentangan dengan dengan nilai-nilai yang dianut Unusia,” kata Kepala Biro Humas Unusia, Dwi Putri dalam keterangannya dikutip Deras.id, Selasa (16/7/2024).
Sidang etik dilakukan karena kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi dan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Unusia. Pihaknya menyebut bahwa pertemuan antara Zainul Maarif dengan Presiden Israel merupakan pertemuan secara individual, sehingga tidak ada kaitan apa pun dengan kampus.
“Pertemuan Saudara Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual dan tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Perkumpulan Nahdlatul Ulama yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia,” tutur Dwi Putri.
Dalam Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kemdikbud, Zainul Maarif tercatat sebagai dosen di program studi Sejarah Peradaban Islam Unusia. Penelitianya antara lain menyangkut moderasi paham keagamaan, filsafat Hassan Hanafi, hingga terkait penyebaran “Islam eksklusif.”
Selain itu, Zainul Maarif tercatat sebagai manajer penelitian domestik di Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (RAHIM). Pusat studi ini adalah kolaborasi antara tokoh-tokoh Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU), Yayasan Eits Chaim Indonesia, dan Paguyuban Bani Nuh Indonesia.
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan bahwa ada organisasi yang yang terlibat di balik pertemuan lima pemuda NU dengan Presiden Israel Isaac Herzog pada pekan lalu. Organisasi tersebut yakni Non-Govermental Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang merupakan advokat dari Israel.
NGO melakukan pendekatan satu per satu kepada lima pemuda tersebut untuk diajak berangkat ke Israel. Awalnya, pemuda tersebut datang ke Israel hanya sekedar pertemuan-pertemuan intervene dialog dengan berbagai pihak tanpa mengagendakan pertemuan dengan Presiden Israel.
Terdapat 5 pemuda NU yang bertemu dengan Presiden Israel, di antaranya 1 dosen dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), 1 orang dari Pagar Nusa, 2 orang dari fatayat, dan 1 orang dari PBNU DKI.
Editor: Ifta