Myanmar, Deras.id – Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNHCR, mendesak negara-negara Asia Tenggara untuk menyelamatkan sekitar 200 pengungsi Rohingya yang terdampar di laut lepas Thailand. UNHCR mengatakan bahwa para pengungsi sudah tidak memiliki makanan dan ada resiko kematian.
“Mereka yang berada di kapal tidak memiliki makanan dan air selama berhari-hari dan mengalami dehidrasi ekstrem,” kata perwakilan UNHCR yang dikutip Deras.id dari aljazeera.com, Jumat (9/12/2022).
“Ada risiko kematian tambahan yang signifikan dalam beberapa hari mendatang jika orang tidak diselamatkan dan diturunkan ke tempat yang aman,” tambahnya.
UNHCR mengkonfirmasi awal bulan ini telah terjadi peningkatan perjalanan perahu berisiko yang dilakukan pengungsi Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh ke Asia Tenggara. Peneliti Asia Tenggara Rachel Chhoa Howard mengatakan para pengungsi tersebut mempertaruhkan segalanya untuk menghindari penganiayaan yang dilakukan oleh militer Myanmar.
“Tujuh tahun setelah krisis Laut Andaman, yang memakan banyak korban jiwa, orang-orang Rohingya terus mempertaruhkan segalanya dalam perjalanan berbahaya untuk menghindari penganiayaan di rumah mereka di Myanmar yang dikelola militer dan kondisi yang sangat buruk di kamp-kamp pengungsi Bangladesh,” kata Rachel.
Sekitar 1.920 orang, kebanyakan Rohingya bepergian melalui laut dari Januari hingga November 2022 dibandingkan tahun 2021 hanya 287 menurut UNHCR.
Rohingya yang sebagian besar Muslim telah lama mengalami diskriminasi dan penganiayaan di negara bagian Rakhine di barat jauh Myanmar. Sekitar tiga perempat juta orang melarikan diri ke negara Bangladesh setelah tindakan keras militer yang brutal pada tahun 2017.
Penulis: Andre l Editor: Ifta