Lifestyle

Tarian Bercorak Islam, Nomor 5 dengan Kostum Menarik

Jakarta, Deras.id – Indonesia memiliki berbagai macam ragam budaya, kesenian, dan tradisi. Ragam budaya itu sebagian sangat banyak dipengaruhi Islam. Pengaruh Islam dalam kesenian dapat dilihat dalam wujud seni tari. Ada banyak Senin tari di Indonesia yang bercorakan Islam.

Berikut beberapa tarian tradisional Indonesia yang bercorak unsur-unsur Islam.

1. Tari Saman (Aceh)

Tari Saman merupakan tarian khas dari Aceh. Tarian ini mulanya adalah sebuah permainan masyarakat Gayo bernama Pok Ane. Setelah masuk Islam di kalangan masyarakat setempat, syair dalam permainan Pok Ane berubah menjadi berisi puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Dari sebuah permainan, Pok Ane berubah nama menjadi Tari Saman dan mulai ditampilkan pada acara peringatan atau keagamaan di masa Kesultanan Aceh. Pada perkembangannya, Tari Saman ditampilkan pada acara adat ataupun pada acara penyambutan tamu kehormatan.

2. Tari Rabbani Wahed (Bireuen, Aceh)

Selain terkenal dengan Tari Saman, Provinsi Aceh juga memiliki seni tari lain yang mengandung nafas-nafas keislaman yaitu Tari Rabbani Wahed. Tarian ini berkembang di daerah Bireuen.

Tarian ini mulanya berasal dari Tari Meugrob yaitu tarian budaya Aceh yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Gerak pada Tari Meugrob kemudian yang dimodifikasi oleh T Muhammad Daud Gede pada 1990-an.

Tak hanya itu, syair lagunya juga berganti dengan puji-pujian kepada Allah SWT hingga kini populer dikenal sebagai Tari Rabbani Wahed. Tarian pun tak hanya dimainkan pada malam takbiran Idul Fitri, tapi juga saat proses penyambutan mempelai pengantin pria.

3. Tari Seudati (Pidie, Aceh)

Aceh juga masih memiliki satu tarian lain yang mengandung ajaran Islam yakni Tari Seudati. Tarian ini berasal dari Desa Gigieng, Kecamatan Simpang, Kabupaten Pidie, Aceh. Awalnya tarian ini dikenal sebagai tarian pesisir atau ratoh yang dimainkan untuk mengawali permainan sabung ayam atau pada saat musim panen tiba pada malam bulan purnama.

Setelah penyebaran Islam, tarian ini beralih fungsi menjadi media dakwah ulama Islam lewat syair-syair dan pantun berisi pujian kepada Allah SWT.

Lalu tarian ini bernama Seudati berasal dari kata seurasi artinya harmonis atau kompak. Selain itu, kata seudati juga memiliki makna syahadati atau syahadatain yang artinya kesaksian atau pengakuan.

Tari Seudati dibawakan tanpa musik pengiring dan hanya menggunakan iringan dari suara hentakan kaki, pukulan telapak tangan di dada dan pinggul serta suara petikan jari dari para penari. Biasanya tari seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama.

4. Tari Zapin (Riau)

Tari Zapin mulanya dibawa dari oleh pedagang Arab dari Yaman yang kemudian masuk ke Indonesia tepatnya di kawasan wilayah Kepulauan Riau hingga sekitar pesisir Kalimantan.

Pada awalnya, Tari Zapin dipertunjukkan sebagai hiburan di Istana. Tarian ini dibawakan dengan iringan musik petik gambus, rebana, dan gendang.

Syair-syair yang dilantunkan juga mengandung syiar Islam. Saat ini, Tari Zapin dipertunjukkan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, khitanan dan hari raya Islam.

5. Tari Rudat (Lombok)

Lombok memiliki sebuah tarian tradisional dengan nilai-nilai ajaran Islam bernama Tari Rudat. Tarian ini berasal dari Suku Sasak. Tari Rudat merupakan warisan nenek moyang dari abad 15 yang dibawa oleh orang Turki yang menganut ajaran Islam.

Tari Rudat dibawakan oleh penari laki-laki berjumlah 13 orang yang menggunakan pakaian seperti prajurit dan menggunakan kopiah panjang (torbus). Gerakan dalam tarian ini menyerupai pencak silat dan diiringi dengan musik melayu, sementara syairnya berisi puji-pujian dan penghormatan kedapa Allah SWT.

Tak hanya ditampilkan di jalanan untuk mengiringi pengantin menuju rumah mempelai wanita. Tari Rudat juga dibawakan pada acara keagamaan dan hari besar Islam.

Penulis: Fat l Editor: Ifta

Show More
Dapatkan berita terupdate dari Deras ID di:

Berita Terkait

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda, Untuk Menikmati Konten Kami