Target NZE 2060 Sektor Maritim Butuh Suplai EBT

Surabaya, Deras.id– Upaya penyelamatan bumi melalui pengurangan emisi karbon telah menjadi kesadaran bersama warga dunia. Hal ini patut mendapat dukungan dari semua pihak, termasuk para pelaku bisnis, khususnya di bidang maritim.

Ini menjadi kesimpulan dalam seminar industri maritim bertema Marine Sustainable Energy: A Practical Approach, Regulator Insight, and Potency of Use, for Local Shipping Business to be Green Company  di Gedung BG Munaf, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (22/8/2024).

Sektor maritim memegang peranan penting dalam sistem transportasi laut dan logistik nasional. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan tahun 2019, Indonesia memiliki 9.801 unit tugboat dan 9.818 unit barge yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Namun di saat yang sama, kontribusi emisi karbon dari sektor ini cukup signifikan, mengingat tingginya konsumsi bahan bakar fosil dalam operasional kapal-kapal tersebut.

Wakil Rektor ITS Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama dan Kealumnian Agus Muhamad Hatta menyampaikan amanah pendiri ITS untuk mengembangkan teknologi di bidang maritim. Sejalan dengan hal ini, riset dan penelitian ITS juga cukup banyak diarahkan pada sektor maritim.

”ITS berharap dengan kegiatan sharing hasil penelitian dan pengalaman praktis di lapangan dan memberikan banyak insight dalam pengembangan di bidang maritime khususnya kesiapan dalam menyongsong era net zero emission,” kata Hatta.

Dalam seminar yang diselenggarakan atas kerja sama Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS dengan PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HIS) ini menghadirkan para pembicara yang berkompeten dari aspek regulasi, industri maritim dan industri terkait, serta akademisi.

Trika Pitana,  Dekan Fakultas Teknologi Kelautan menyambut baik kolaborasi antara alumni, industry, dan kampus dalam pengembangan teknologi maritim untuk mendukung net zero emission. Dia berharap model kerja sama semacam dapat mempercepat hasil yang diinginkan.

Laorentina Devi, Direktur Operasi PT Hasnur Internasional Shipping Tbk, menegaskan bahwa transformasi menuju operasional bisnis yang lebih ramah lingkungan merupakan sebuah keharusan bagi industri pelayaran, terutama di sektor tug and barge yang memiliki peran strategis dalam mendukung kelancaran logistik nasional.

”Penggunaan alternatif energi terbarukan seperti solar panel, kami berupaya menjadi pionir dalam penerapan green shipping pada sektor tug and barge di Indonesia,” katanya.

Devi berharap kegiatan seminar tidak hanya memperkaya pengetahuan peserta tetapi juga membangkitkan kesadaran di kalangan pelaku usaha pelayaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan energi dan lingkungan di dunia maritim. Sebab pada ujungnya hal tersebut bermuara pada bisnis yang berkelanjutan.

Seminar terbagi dalam tiga sesi yaitu, sesi keynote dengan topik “Marine Sustainable Energy: A Practical Approach, Regulator Insight, and Potency of Use, for Local Shipping Business to be Green Company”. Dari hasil diskusi perlu kerja sama serius di antara para pemangku kepentingan sektor maritim menuju green shipping demi pengurangan emisi karbon.

Rantai suplai energi baru dan terbarukan untuk industry maritim perlu dukungan dari bahan bakar alternative seperti hidrogen yang bisa disediakan PLN atau Pertamina yang memliki infrastruktur memadai. Hal ini juga mesti diimbangi dengan akselerasi penguasaan teknologi, terutama untuk tugboat yang membutuhkan energi density yang cukup tinggi.

Heru Hermawan, dari PT Trakindo Utama mengatakan, penggunaan bahar bakar alternatif di bidang maritim memerlukan pemikiran alternatif. Dengan melihat karakteristik mesin diesel dan permintaan unjuk kerja kapal Tug Boat di Indonesia, Heru mengatakan methanol sangat berpotensi menjadi bahan bakar rendah karbon untuk kapal Tug Boat di Indonesia.

Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan Beny Cahyono menyatakan telah melakukan beberapa pengujian bahan bakar alternatif berkadar karbon rendah. Hasil, bisa disimpulkan methanol adalah bahan bakar potensial untuk mesin dengan putaran tinggi, dan bisa segera diaplikasikan pada mesin kapal. 

Sementara itu, Founder dan CEO Centre for Energy and Innovation Technology Studies (Cenits) Soni Fahruri mengingatkan bahwa tata kelola energi yang diperoleh dari sumber daya alam tersebut mesti selaras dengan konstitusi, yaitu Pasal 33 ayat (3). Di sana ditegaskan bahwa negara menguasai sumber daya alam untuk memakmurkan masyarakat.

Dalam praktiknya, penguasaan dan pengelolaan SDA tersebut juga wajib dilakukan dengan prinsip kebersamaan, adil, bekelanjutan dan berwawasan lingkungan, sebagaimana dinyatakan pada ayat 4 pasal tersebut.

Exit mobile version