Tak Lolos Uji Coba, Kereta Tanpa Rel di IKN Bakal Dikembalikan ke China

Jakarta, Deras.id – Kereta tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN) akan dikembalikan ke China karena belum memenuhi standar layak pengeoperasian. Hal tersebut berdasarkan hasil uji coba atau Proof of Concept (PoC) yang dilakukan oleh tim penilai.

“Sebagaimana kita ketahui, setelah berjalan uji coba selama kurang lebih 2 bulan, Otoritas IKN (OIKN) telah melakukan evaluasi. Hasil penilaian hingga evaluasi oleh OIKN, ditemukan bahwa kereta tanpa rel, khususnya system autonomous belum dapat berfungsi dengan baik di IKN,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan, Budi Raharjo dalam keterangannya dikutip Deras.id, Kamis (14/11/2024).

Meskipun ART akan dikembalikan ke China, Indonesia tidak akan mengalami kerugian. Pihaknya tidak mempermasalahkan jika hasil evaluasi dari Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) yang menilai bahwa uji coba kereta otonom dipandang belum memenuhi standar.

“Menurut hemat kami kita semua sepakat bahwa untuk IKN kita mencari yang terbaik. Jika kemudian ART dipandang belum memenuhi standar evaluasi dari OIKN, tidak ada masalah, karena negara juga tidak dirugikan. Hal ini dikarenakan pembiayaan uji coba ditanggung oleh vendor ART,” tutur Budi Raharjo.

Uji coba moda transportasi tersebut merupakan bagian dari MoU antara otoritas IKN dengan vendor yaitu Norinco dengan partisipasi dari CRRC Qindao Sifang. ART menjadi salah satu alternatif yang dapat diujicobakan di IKN, sebab menerapkan konsep transportasi ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berteknologi tinggi. Budi menyampaikan bahwa konsep transportasi di IKN adalah ramah lingkungan dan futuristik.

“ART dioperasikan menggunakan baterai. Alhasil, kendaraan ini dapat meminimalisir emisi gas rumah kaca dan pemakaian energi fosil,” jelas Budi Raharjo.

Diketahui, terdapat 3 catatan catatan penting dari hasil temuan tim penilai usai uji coba terhadap kereta tanpa rel. Pertama, trem produksi CRRC Qingdao Sifang tersebut masih belum bisa berfungsi secara otonom karena pengemudi masih tetap duduk memegang kemudi (steer) dan selalu bersiap untuk mengambil alih (override) kendali otomatis ke manual.

Kedua, performa sistem otonom belum teruji sepenuhnya karena tidak terdapat rencana kecepatan dan pengereman per rute jalan atau programmable route control. Beberapa skenario perjalanan yang diminta untuk pengujian otomatisasi masih memerlukan pengaturan ulang di lapanga, sehingga trem ini belum terbukti memiliki sistem otonom yang adaptif terhadap berbagai kondisi yang mungkin terjadi selama operasional.

Ketiga, sistem pengereman otonom pada trem belum menunjukkan kemampuan pengereman. Hal itu terlihat dari pengujian pengurangan kecepatan maupun pemberian peringatan secara otomatis bila dijumpai adanya penghalang atau obyek yang melintas.

Editor: Ifta

Exit mobile version