Beijing, Deras.id – Konflik Geopolitik Rusia-Ukraina, serta langkah AS dan sekutunya membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri. Membuat banyak bank sentral perlahan mulai membuang dolar AS.
Tren mengurangi ketergantungan pada dolar AS mulai dilakukan oleh banyak bank sentral dengan memborong emas sebagai cadangan devisa negara. Hal tersebut memicu makin meroketnya harga emas dalam dua bulan terakhir ini.
World Gold Council (WGC) melaporkan, Bank Sentral China telah memborong emas sebanyak 32 ton pada November 2022 dan 30 ton pada Desember 2022. Tidak hanya China, bank sentral lainnya juga memborong emas pada tahun lalu. WGC melaporkan jumlah pembelian tersebut menjadi yang terbesar dalam 55 tahun terakhir.
“Langkah bank sentral kembali ke emas menunjukkan latar belakang geopolitik saat ini adalah ketidakpercayaan, keraguan dan ketidakpastian setelah Amerika Serikat dan sekutu membekukan cadangan devisa Rusia dalam bentuk dolar,” kata Kepala Riset BullionVault, Andrian Ash pada Financial Times, Selasa (10/1/2023) siang.
“Pesan yang diberikan oleh bank sentral dengan membeli banyak emas adalah mereka tidak mau tergantung dengan dolar AS sebagai aset utama dalam cadangan devisa,” kata Carsten Menke, head of next generation research di Julius Baer.
Sementara itu Bernard Dahdah, analis komoditas senior di Natixis mengatakan deglobalisasi dan ketegangan geopolitik membuat bank sentral di luar Barat akan terus mendiversifikasi cadangan devisanya dan semakin mengurangi dolar AS. Tren tersebut diperkirakan tidak akan berubah setidaknya satu dekade ke depan.
Dolar AS memang menjadi mata uang yang sangat dominan di dunia dan paling banyak digunakan dalam perdagangan internasional. Saking vitalnya dolar AS di dunia global membuat Amerika Serikat dianggap mempunyai “hak istimewa setinggi langit” oleh Menteri Keuangan Prancis, Valéry Giscard d’Estaing pada 1965 lalu.
Selain itu, banyak yang mengatakan AS menggunakan dolarnya sebagai senjata untuk menekan negara lain bahkan bisa digunakan untuk merusak perekonomian suatu negara. Maka, tidak heran jika banyak bank sentral yang mulai mengurangi porsi dolar AS dalam cadangan devisa mereka.
Penulis: Dayu | Editor: Rifai