Jakarta, Deras.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 akan menjadi “payung” bagi perekonomian Indonesia pada tahun 2024.
“Istilah APBN 2023 telah menyediakan payung sebelum hujan itu tepat sekali,” kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta, Selasa.
Pasalnya, terdapat banyak gejolak ekonomi yang terjadi di 2024, seperti kenaikan suku bunga The Fed di kisaran 5,25-5,5 persen.
Dalam pernyataannya, Sri Mulyani menyebutkan bahwa defisit yang terjadi selama tahun 2023 merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional di tengah gejolak global.
Menurut Sri Mulyani, defisit APBN 2023 yang mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah langkah yang terukur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama melalui penguatan belanja infrastruktur dan dukungan terhadap sektor-sektor yang terdampak oleh perlambatan global.
“Kita menggunakan defisit ini untuk memastikan bahwa perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan stabil di tengah tantangan eksternal yang kita hadapi,” ujar Sri Mulyani dalam sebuah konferensi pers.
Sri Mulyani juga menambahkan bahwa defisit tersebut akan membantu menstimulasi perekonomian pada 2024 dengan memberikan fondasi yang kuat melalui berbagai proyek pemerintah yang telah berjalan.
Dia menekankan bahwa pemerintah tetap menjaga disiplin fiskal meskipun ada peningkatan belanja, dan hal ini dilakukan dengan tetap mengutamakan keberlanjutan anggaran dalam jangka panjang.
Para ekonom melihat kebijakan defisit ini sebagai langkah yang bijak dan proaktif, terutama untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Mereka menilai bahwa meskipun defisit, APBN 2023 telah diatur sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko terhadap kestabilan fiskal jangka panjang.
Dengan pendekatan ini, pemerintah optimis bahwa ekonomi Indonesia dapat bertahan dan bahkan tumbuh lebih kuat di tahun 2024, meskipun di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Editor: Dinda