Situbondo Naik Kelas: Membangun Ketangguhan Ekonomi dan Lingkungan di Tengah Ancaman Bencana
![Situbondo Naik Kelas: Membangun Ketangguhan Ekonomi dan Lingkungan di Tengah Ancaman Bencana Eko Kintoko Kusumo (Pegiat Lingkungan Hidup, Pecinta Alam, dan Konservasi, Divisi Ekonomi Tim Transisi Bupati Situbondo). Sumber Foto: Istimewa](https://deras.id/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-11-at-19.28.42-720x470.jpeg)
Situbondo, Deras.id – Situbondo berdiri di persimpangan penting dalam menentukan arah pembangunannya. Sebagai kabupaten pesisir dengan potensi besar di sektor pertanian, perikanan, dan UMKM, Situbondo juga menghadapi tantangan serius berupa ancaman bencana alam. Banjir, gempa bumi, angin puting beliung, hingga degradasi lingkungan akibat pembalakan liar menjadi ancaman nyata yang tak bisa diabaikan.
Di sinilah konsep Pembangunan Resilien hadir sebagai solusi. Pembangunan ini menekankan pentingnya menciptakan sistem dan infrastruktur yang tangguh, adaptif, dan mampu pulih dari berbagai tekanan lingkungan maupun sosial. Dengan pendekatan ini, Situbondo tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memastikan bahwa kemajuan yang diraih tidak mudah runtuh saat bencana datang.
Secara geografis, Situbondo dikelilingi oleh lima pegunungan besar Baluran, Ijen, Raung, Argopuro, dan Pegunungan Putri hingga kawasan Arak-Arak. Keindahan ini menyimpan risiko besar, terutama karena degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pembalakan liar dan tata kelola hutan yang buruk.
Kawasan hulu yang gundul memperbesar risiko banjir bandang, sementara buruknya pengelolaan daerah aliran sungai memperparah banjir tahunan di wilayah-wilayah hilir seperti Kendit, Mlandingan, Besuki, dan Banyuglugur. Selain itu, angin puting beliung, banjir rob di pesisir, serta potensi gempa bumi tektonik menunjukkan bahwa Situbondo harus membangun dengan pendekatan yang memperkuat ketangguhan terhadap bencana.
Untuk memastikan Situbondo mampu menghadapi tantangan ini, ada beberapa pilar penting yang harus menjadi dasar dalam merancang kebijakan pembangunan. Pembangunan Resilien bukan hanya soal ketahanan fisik, tetapi juga soal bagaimana masyarakat, ekonomi, dan lingkungan saling mendukung dalam menghadapi perubahan. Berikut beberapa pilar penting yang harus menjadi dasar dalam merancang kebijakan pembangunan:
- Penguatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Infrastruktur Tahan Bencana
Sungai Sampean sebagai urat nadi Situbondo harus dikelola dengan baik. Normalisasi sungai, pelebaran penampang di hilir, dan penerapan teknologi buka-tutup pintu air otomatis di bendungan utama akan membantu mengendalikan debit air saat musim hujan. Reforestasi di kawasan hulu menjadi kunci dalam memulihkan fungsi ekosistem yang rusak. - Pembangunan Waduk dan Embung sebagai Adaptasi Iklim
Pembangunan waduk dan embung tadah hujan tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan banjir, tetapi juga menyediakan cadangan air untuk pertanian di musim kemarau. Ini akan membantu petani meningkatkan produktivitas mereka, menjadikan pertanian Situbondo lebih tahan terhadap fluktuasi iklim. - Restorasi Hutan dan Pengembangan Ekonomi Hijau
Rehabilitasi hutan gundul harus menjadi prioritas. Selain mengurangi risiko longsor, upaya ini membuka peluang ekonomi baru melalui pengembangan ekowisata dan pemanfaatan hasil hutan non-kayu. Masyarakat sekitar hutan dapat dilibatkan dalam program konservasi, menciptakan lapangan kerja baru yang ramah lingkungan. - Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular
Masalah sampah harus diatasi dengan pendekatan inovatif. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos untuk mendukung pertanian, sementara sampah non-organik bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kreatif. Selain mengurangi beban lingkungan, pendekatan ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. - Revitalisasi Perairan Pesisir untuk Ketahanan Sektor Perikanan
Kualitas perairan pesisir Situbondo yang menurun berdampak negatif pada produktivitas perikanan. Konservasi laut dan pengelolaan limbah yang lebih baik akan memulihkan ekosistem pesisir, memastikan kelangsungan mata pencaharian nelayan, dan mendukung ketahanan pangan daerah. - Pengembangan Infrastruktur Transportasi Bebas Risiko Vulkanik
Potensi Bandara Cikasur di lereng Gunung Argopuro harus dimanfaatkan secara optimal. Berbeda dengan bandara di Banyuwangi dan Jember yang sering terganggu oleh aktivitas vulkanik Gunung Raung, Situbondo tidak memiliki risiko erupsi gunung berapi. Bandara ini dapat menjadi infrastruktur kunci untuk memperlancar distribusi hasil pertanian, perikanan, dan produk UMKM ke pasar nasional dan internasional. - Sistem Peringatan Dini dan Teknologi Adaptif
Integrasi teknologi dalam mitigasi bencana sangat penting untuk meningkatkan responsivitas pemerintah daerah. Pengembangan sistem peringatan dini, pemanfaatan data iklim untuk prediksi cuaca ekstrem, dan penggunaan aplikasi digital untuk komunikasi darurat harus menjadi bagian dari strategi pembangunan Situbondo.
Keberhasilan pembangunan resilien tidak terlepas dari komitmen kepemimpinan yang kuat. Mas Rio dan Mbak Ulfi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Situbondo terpilih telah menunjukkan visi yang jelas dalam mengarahkan pembangunan Situbondo ke arah yang lebih tangguh dan adaptif.
Mereka memahami bahwa pembangunan tidak cukup hanya mengejar pertumbuhan ekonomi. Situbondo harus siap menghadapi tantangan perubahan iklim, bencana alam, dan krisis lingkungan. Dengan integrasi infrastruktur, ekonomi, dan lingkungan, Situbondo bisa menjadi contoh daerah yang mampu bangkit lebih kuat setelah menghadapi tantangan.
Pembangunan Resilien adalah kunci untuk memastikan Situbondo tidak hanya berkembang, tetapi juga mampu bertahan dan pulih dari berbagai tantangan di masa depan. Setiap kebijakan dan proyek infrastruktur harus dirancang dengan mempertimbangkan risiko bencana dan perubahan lingkungan. Ketangguhan bukan sekadar kemampuan bertahan, tetapi juga tentang bagaimana Situbondo bisa bangkit lebih kuat setiap kali menghadapi tantangan.
Namun, semua ini tidak akan terwujud tanpa sinergi dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, dunia usaha, komunitas, hingga individu memiliki peran penting dalam memastikan Situbondo menjadi daerah yang tangguh, adaptif, dan sejahtera.
Seperti yang selalu disampaikan oleh Mas Rio, Bupati Situbondo terpilih, dalam setiap kesempatan:
“Ayo bantu Situbondo!” kata Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo.
Ajakan ini bukan hanya seruan, tetapi panggilan untuk kita semua. Karena membangun Situbondo yang tangguh bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama. Mari kita jaga alamnya, kuatkan ekonominya, dan lindungi warganya. Bersama, kita wujudkan Situbondo Naik Kelas—bukan hanya di atas kertas, tetapi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Eko Kintoko Kusumo, Pegiat Lingkungan Hidup, Pecinta Alam, dan Konservasi, Divisi Ekonomi Tim Transisi Bupati Situbondo