Tulungagung, Deras.id – Majelis Pembina Nasional (Mabinas) PB PMI Budi Syahbudin atau yang akrab disapa abah Budi tutup usia, Jumat (18/11/2022). Abah Budi menghembuskan nafas terakhirnya di sela- sela menghadiri Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PB PMII di UIN SATU Tulungagung.
Wafatnya Abah Budi menyisakan duka yang mendalam bagi seluruh Kader PMII di seluruh Indonesia. Abah Budi dikenal sebagai sosok senior yang ikhlas mewakafkan hidupnya pada PMII.
Semasa hidupnya Abah Budi tidak pernah memberi sekat dengan para kader PMII. Kediamannya, selalu terbuka untuk kader PMII, sekaligus menjadi rumah singgah para kader selama di Jakarta.
“Kang Budi sangat dekat dengan kader-kader PMII seperti orang tua dan anak, kang budi sosok alumni yang begitu ikhlas membukakan rumahnya selama 24 jam kepada seluruh kader yang tinggal di Jakarta,” kenang Ketua Umum PB PMII, Muhammad Abdullah Syukri saat memberikan sambutan usai sholat jenazah, Sabtu (19/11/2022).
Pria akrab disapa Gus Abe itu memberikan kesaksian bahwa Abah Budi adalah sosok alumni yang patut menjadi teladan kader PMII di seluruh Tanah Air.
Ketua PB PMII jebolan Universitas Brawijaya itu mengisahkan sedikit obralannya dengan abah Budi belum lama ini. Abah Budi sempat bercerita soal alasannya tak kunjung membeli Rumah. Obrolan singkat itu pun membuat Abe terenyuh.
“Tum, saya sebetulnya bisa beli rumah, tapi ya cukup seharga yang di Bekasi atau Bogor saja. Tapi saya nggak mau. Nanti saya jauh dari kader-kader. Mending saya ngontrak di Jakarta dekat PB. Kader-kader jadi bisa istirahat dan makan di Rumah Saya,” kata Gus Abe menirukan ucapan almarhum Kang Budi.
Gus Abe menegaskan kembali bahwa seluruh hidup Abah Budi diwakafkan untuk kemaslahatan PMII. Dari abah Budi kita dapat belajar tentang esensi jiwa organisatoris yang bersahaja, puncak kaderisasi adalah ikhlas sebagaimana yang diajarkan Abah Budi kepada kader-kader PMII.
“Kang Budi, seluruh hidupnya untuk PMII. Puncak kaderisasi adalah ikhlas, seperti Kang Budi ajarkan kepada kita. Tidak melalui ruang kaderisasi formal tetapi laku lampahnya adalah wujud kaderisasi,” pungkasnya.
Sebagai informasi, setelah disholatkan, jenazah almarhum langsung diterbangkan ke Jakarta dan dishalatkan untuk kedua kalinya, di Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Berikutnya, jenazah almarhum akan dibawa ke tempat kelahiran di Garut, Jawa Barat untuk dimakamkan.
Penulis: Efendi l Editor: Dian Cahyani