AnalisaOpiniPerspektifSastra

Penerapan Sadamasokisme Pada Film Fifty Shades Of Grey Dalam Hubungan Pasutri : Analisis sosiologi Max Weber

Film fifty shades of grey disebut film trilogi karena mempunyai 3 season yakni fifty shades
of grey, fifty shades darker, dan fifty shades freed. Sebagai film yang termasuk dalam drama erotis ini keseluruhan seasonnya banyak menampilkan perilaku sadamasokisme yang dilakukan oleh mr. Grey dan Anastassia Steel. Disisi lain, banyak yang menyatakan bahwa perilaku sadamokisme adalah perilaku yang menyimpang dan berbau kekerasan bahkan menentang. Namun dalam film ini, praktik sadamokisme dilakukan secara sukarela dan atas dasar kesepakatan bersama. Media yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi, beberapa muncul kasus pasutri, remaja, dan orang dewasa yang meniru adegan sadamokisme dalam kehidupan nyata. Seperti kasus seorang mahasiswa baru asal Chicago AS memerkosa teman sekampusnya, mengikat korban memakai dasi, menyumpal mulut gadis malang itu, dan beberapa kali memecutnya, pelaku mengaku jika dia melakukannya atas dasar suka sama suka. Kemudian pada kasus siswa SMA asal Filipina, membunuh seorang perempuan lantaran meniru adegan dari film kondang Fifty Shades of Grey. Kemudian dari Swedia pria berusia 31 tahun membunuh pacarnya dengan cara menyiksa ala film Fifty Shades of Grey dengan mengikat pacaranya dengan tali nilon serta kondom dan memukulnya dengan penggaris berulang kali.

Baca Juga:  Lalu-lalang Kemacetan Jakarta yang Tak Kunjung Usai


Ditinjau dari teori komunikasi, media dapat mempengaruhi perilaku manusia. Dari teori jarum suntik yang mana teori ini mengasumsikan bahwa media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak mampu membendung informasi yang dilancarkan media. Dalam hal ini, membuktikan pengaruh media memang kuat, penonton film fifty shades of grey bisa menirukan adegan-adegan yang ada di dalamnya. Meskipun sama persis seperti di film atau tidak, namun dari kasus-kasus yang ada, media mempengaruhi perilaku manusia hingga bisa mengakibatkan kerugian pada orang lain juga. Sedangkan dilihat dari teori tindakan sosial Max Weber, dimana tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan seseorang didasarkan atas rasionalitas yang dibagi menjadi 4 (instrumental, afeksi, nilai, dan tradisional). Bisa dilihat, dari filmnya sendiri, alasan Mr. Grey dan Ana melakukan praktik sadamasokisme mulanya didasari rasioanl instrumental yakni untuk memuaskan hasrat Mr. Grey, namun di season berikutnya mereka melakukannya atas dasar afkesi, rasa cinta satu sama lain. Sedangkan dari beberapa kasus penonton film fifty shades bisa dilandaskan atas dasar rasional instrumental, karena orientasi mereka ingin meniru adegan dalam film fifty shades of grey, dan pada pasangan suami istri bisa dilandasi rasional instrumental atau afeksi. Dari sini bisa dilihat tindakan seseorang tidak selalu dilandasi oleh struktur yang ada, tapi setiap individu mempunyai alasan sendiri.

Baca Juga:  Generasi Milenial Harus Ber(t)ani?

Dalam penelitian, manfaat bercinta ala trilogi fifty shades of grey yakni dapat mengurangi
stress, meningkatkan sistem imun tubuh, meningkatkan hormon kebahagiaan karena merasakan kepuasan, dan meningkatkan kesehatan jiwa karena berkurangnya depresi, memiliki kesadaran
penuh atas batasan pasangan, meningkatkan kesehatan mental yang membuat seseorang lebih open minded, peka terhadap sekitar. Praktisi BDSM tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tapi juga
dalam rumah tangga, antar pasangan akan terjalin komunikasi lebih baik dan kepercayaan terhadap
pasangan akan lebih dalam.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda