Jakarta, Deras.id- Sepak bola Indonesia disebut-sebut sedang berada pada masa kejayaan untuk menorehkan banyak sejarah yang sebelumnya sulit diraih. Timnas Indonesia secara mengesankan mampu menembus putaran final piala Asia dalam tiga kelompok umur sekaligus. Timnas Indonesia U-20, U-23 dan timnas senior akan menjajal ketangguhan negara-negara Asia yang secara level peringkat jauh di atas Indonesia.
Terbaru timnas Indonesia berhasil mencuri perhatian jagat sepak bola Asia setelah tampil mengesankan di Piala Asia 2024, Qatar. Skuad garuda U-23 sukses mempermalukan negara-negara unggulan seperti Australia, Jordania dan Korea Selatan serta berhasil merangsek ke babak playoff Olimpiade Paris 2024. Kendati gagal mengamankan tiket ke Paris, Risky Ridho dkk mendapat apresiasi penuh karena telah menjadi awal revolusi timnas Indonesia, baik dari etos kerja, mentalitas dan visi permainan yang kerap kali menghibur penggemar sepak bola Indonesia.
Capaian prestisius lainnya adalah ketika kans timnas senior untuk lolos ke Piala Dunia 2026 terbuka lebar. Negara-negara Asia akan mendapatkan jatah sebanyak 8,5 negara dengan rincian 8 tim lolos langsung dan 0,5 merujuk dari tim yang akan memperebutkan tiket playoff dengan negara dari konfederasi lain. Berdasarkan pada hal tersebut Shin Tae-yong yakin jika Indonesia bisa menciptakan sejarah baru dengan lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
Revolusi timnas Indonesia tersebut tidak lepas dari sentuhan dingin Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Kemampuannya membaca kebutuhan secara proporsional membuat manajer dan official timnas Indonesia di semua kelompok umur nyaman dan mudah dalam membangun skuad timnas Indonesia. Salah satu keputusan besarnya adalah ketika mendukung program naturalisasi pemain keturunan untuk memberikan warna baru serta meningkatan kualitas permainan skuad Garuda.
Sampai hari ini, seluruh pundit sepak bola akan bersepakat bahwa Eropa dan Amerika menjadi kiblat sepak bola dunia. Dua benua tersebut memperlihatkan bahwa timnas yang kuat lahir dari kompetisi domestik yang sehat. Sepak bola di Indonesia seperti terus mengalamai stagnan di tengah kemajuan. Hal tersebut terlihat jelas bagaimana wajah suram masih terus menjadi citra Liga domestik Indonesia. Namun pada kesempatan yang sama Timnas Indonesia menuju masa kejayaannya.
Berbagai permasalahan sepak bola Indonesia seolah tidak ada hentinya menjadi sorotan publik. Kisruh permasalahan seperti mafia sepak bola, tumpang tindih jadwal pertandingan, bentrok antar suporter, sampai campur tangan politik ke dalam sepak bola terus terjadi.
Hampir semua sepakat bahwa aksi pengaturan skor dalam dunia olahraga khususnya sepak bola merupakan praktek kotor yang dapat menghilangkan semangat sportivitas. Masalah ini seperti sangat rumit dan sulit untuk diselesaikan dalam dunia sepak bola Indonesia. Pertandingan yang harusnya diperjuangkan oleh masing-masing tim justru menjadi settingan. Tidak jarang kita melihat keputusan wasit dan tingkah pemain kontroversial yang diduga karena sudah diatur oleh mafia sepak bola. Dalam beberapa kasus terdapat bandar yang ikut terlibat soal kesepakatan dari kedua tim yang akan berlaga. Hal tersebut masif terjadi sejak klub-klub tidak boleh menerima dana dari APBD yang mengakibatkan banyak klub-klub yang kesulitan dalam mencari dana.
Nilai-nilai sportivitas dan fair play juga belum tertanam seacara utuh dalam dunia sepak bola Indonesia. Hal-hal seperti kericuhan antar suporter dan tindakan kekerasan lainnya masih sering kita jumpai pada momen akhir pertandingan. Berbagai metode edukasi sudah coba dilakukan dalam upaya menciptakan suasana aman dan menjaga kehangatan dalam bekompetisi. Namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Sanksi juga sudah kerap kali diberikan, namun belum ada tanda jera yang diperlihatkan. Suporter yang disebut sebagai pemain ke 12 harusnya dapat mengekspresikan rasa bangga kepada tim kesayangannya dengan chant, koreo, atau sorakan kreatif lainnya.
Kepengurusan liga bisa dibilang tidak teratur. Misalnya saja dari segi jadwal, tidak ada kepastian waktu mulai dan selesainya. Begitu juga mengenai aturan yang kurang tegas. Dan berbagai masalah lainnya yang pernah dikeluhkan oleh suporter dan klub. Di negara-negara Eropa biasanya memiliki jeda Internasional selama 2 minggu dalam mempersiapkan timnas mereka untuk bertanding baik itu Uji coba ataupun kualifikasi Piala Dunia atau Piala Eropa. Di Indonesia, sering kali jadwal timnas Indonesia bertanding bersamaan dengan pertandingan Liga Indonesia. Hal tersebut menyebabkan benturan dengan beberapa klub yang kadang enggan melepas pemain andalannya untuk membela timnas dengan alasan fokus liga, khawatir cedera dan alasan penolakan lainnya.
Lebih dalam lagi masalah sterilisasi dalam pengurus internal masih menjadi pekerjaan rumah sampai hari ini. Hal tersebut sebagai upaya menghindari intervensi kepentingan-kepentingan lain di luar tujuan federasi.
Kondisi yang paling mencolok adalah minimnya talenta muda lokal Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari tindakan besar PSSI dalam melakukan naturalisasi banyak pemain muda. Sama seperti pendidiakn, Ketika negara ini membutuhkan guru, tentu kita tidak mungkin menunggu orang yang sudah tiba-tiba mempunyai pengetahuan mengajar. Harus di ajari, dididik, dan dibina di sekolah yang tahapannya berjenjang. Sepak bolapun tidak berbeda jauh dari perumpamaan tersebut. Butuh pemain-pemain berbakat sehingga dapat membentuk program pembinaan usia dini, liga berjenjang umur, dan sebagainya. Mungkin sudah dilakukan, tapi masih setengah-setengah dan tidak efektif.
Kita boleh berargumen bahwa dengan pemain liga asing, pelatih asing, dan TC yang lama di luar negeri, bisa mengangkat prestasi timnas. Akan tetapi perlu diingat bahwa pemain menghabiskan lebih banyak waktunya di klub dan taraf hidup mereka selanjutnya bergantung dengan kondisi atmosfer liga profesional kita.
Penulis: Rizal l Editor: Apr