Jember, Deras.id – Di balik barisan pohon kopi lereng gunung Argopuro, tepatnya di Dusun Sumber Canting, Desa Tugusari, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Nuhuda Candra Hidayat — atau akrab disapa Candra — lahir tumbuh besar layaknya pemuda desa tanpa banyak sorotan.
Sosok kelahiran 3 April 1992 ini bukanlah anak pejabat, bukan pula tokoh organisasi kampus yang dielu-elukan. Tapi hari ini, namanya tercatat sebagai salah satu anggota DPRD Kabupaten Jember termuda dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mewakili Daerah Pemilihan Bangsalsari, Tanggul, Sumberbaru, Semboro, dan Umbulsari.
Perjalanan Candra bukan kisah yang meledak tiba-tiba. Tidak ada panggung besar yang mengangkatnya, hanya jejak panjang kerja keras dan keinginan belajar tanpa henti. Ia tumbuh dalam kesederhanaan keluarga yang mengakar kuat di pedesaan. Sejak kecil, Candra sudah diajarkan satu hal yaitu belajar disiplin, kerja keras dan tanggung jawab.
Selepas menamatkan pendidikan menengahnya di Kec.Tanggul Jember, ia melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Di kampus ini, Candra mengenal organisasi mahasiswa, meskipun ia bukan sosok yang menonjol. Di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) FISIP pun, ia hanya menjabat sebagai anggota departemen — posisi yang sering kali dipandang “biasa saja”. Namun dari sanalah Candra belajar banyak tentang nilai, loyalitas, dan konsistensi. Ia mendengarkan lebih banyak dibanding bicara. Ia membaca lebih sering daripada tampil. Diam-diam, ia mengasah dirinya.
Kesadaran politik dan sosialnya berkembang seiring dengan aktivitas lapangan dan interaksi dengan masyarakat. Setelah menyelesaikan studi S1, Candra tidak berhenti. Ia melanjutkan pendidikan ke jenjang magister di Universitas Airlangga Surabaya, mengambil program Magister Kebijakan Publik. Keputusannya ini tidak hanya soal gelar, tetapi juga bagian dari obsesi pribadinya untuk memahami struktur kebijakan dan pemerintahan secara lebih substansial.
Pengalaman profesionalnya pun semakin luas. Ia pernah dipercaya sebagai Tenaga Ahli Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Timur, posisi yang memberinya perspektif mendalam tentang dinamika legislatif, penyusunan kebijakan, serta pentingnya komunikasi politik yang beretika dan membumi. Di sinilah ia melihat dari dekat bagaimana proses legislasi berlangsung, bagaimana aspirasi masyarakat diterjemahkan menjadi dokumen formal yang akan berdampak langsung pada kehidupan warga.
Lama bekerja di Surabaya, hati Candra tetap tertambat pada kampung halamannya. Ia tahu betul bagaimana rasanya hidup di desa terpencil dengan akses terbatas. Ia tahu bagaimana sulitnya masyarakat kecil menyampaikan aspirasinya tanpa saluran yang terbuka. Maka ketika kesempatan politik datang, ia tidak ragu untuk pulang dan maju sebagai calon anggota legislatif.
Kampanye yang ia lakukan tidak mewah. Ia tidak menjanjikan program-program muluk. Yang ia tawarkan adalah kedekatan, konsistensi, dan kesediaan untuk terus belajar bersama masyarakat. Ia berjalan dari kampung ke kampung, menyalami warga satu per satu, mendengarkan keluhan mereka, dan mencatat apa yang harus ia bawa ke gedung dewan.
Sebagai anggota DPRD Jember, Candra tetap menjaga gaya hidup yang sederhana. Ia dikenal rendah hati dan mudah dijangkau. Ia ingin lebih sering terlihat Ngopi dengan masyarakat desa, kelompok tani, atau pemuda desa yang ingin mendiskusikan rencana kecil pembangunan. Ia percaya bahwa pembangunan bukan sekadar proyek, tapi proses panjang membangun kepercayaan.
Salah satu nilai yang ia pegang erat adalah kesediaan untuk terus belajar. Bagi Candra, posisi sebagai anggota dewan bukanlah akhir pencapaian, melainkan amanah yang menuntut pengembangan diri terus-menerus.
Nurhuda Candra Hidayat mungkin bukan politisi flamboyan. Tapi ia mewakili generasi muda yang berangkat dari akar, paham betul medan sosialnya, dan membawa semangat kerja keras yang otentik. Dari dusun kecil di lereng gunung, ia kini menyuarakan harapan warga — bukan dari kejauhan, tapi dari barisan depan, bersama mereka.