Naim Qassem Jadi Pemimpin Hizbullah Usai Hassan Nasrallah Dibunuh Israel
Jakarta, Deras.id – Kelompok milisi Lebanon, Hizbullah tela menunjuk Naim Qassem sebagai pemimpin barunya pada Selasa (29/10/2024). Penunjukan tersebut menggantikan Hassan Nasrallah yang terbunuh dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon pada 27 September 2024.
“Dewan Syura Hizbullah (yang memerintah) setuju untuk memilih Sheikh Naim Qassem sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah,” kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan dilansir Al Jazeera, Rabu (30/10/2024).
Qassem dipilih menjadi Sekretaris Jenderal karena kepatuhannya terhadap prinsip dan tujuan Hizbullah. Sebelumnya, Qassem menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah.
“Qassem terpilih untuk menduduki jabatan tersebut karena kepatuhannya terhadap prinsip dan tujuan Hizbullah,” ujar Hizbullah.
Setelah resmi memilih pemimpin baru, Hizbulla berharap mereka bisa melakukan perlawanan kepada Israel dengan lancar. Qassem sering disebut sebagai orang ke-2 di Hizbullah.
“Kami (memohon) kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar memberinya petunjuk dalam misi mulia ini, memimpin Hizbullah dan perlawanan Islamnya,” jelas Hizbullah.
Sebelumnya, nama Hashem Safieddine digadang-gadang akan menggantikan Hassan Nasrallah. Akan tetapi, Kepala Dewan Eksekutif Hizbullah juga terbunuh dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut tak lama setelah pembunuhan Nasrallah.
Qassem lahir di Beirut pada 1953 dari sebuah keluarga dari desa Kfar Fila di perbatasan dengan Israel. Pria berusia 71 tahun ini merupakan salah satu pendiri Hizbullah pada tahun 1982 dan telah menjadi wakil sekretaris jenderal partai tersebut sejak 1991, setahun sebelum Nasrallah mengambil alih pimpinan.
Qassem merupakan pejabat paling senior Hizbullah yang terus tampil di depan umum setelah Hassan Nasrallah sebagian besar bersembunyi menyusul perang dengan Israel pada tahun 2006.
Qassem memulai kiprah politiknya pada 1970-an sebagai anggota dari Gerakan Amal milik Imam Musa al-Sadr. Ia menempuh pendidikan sarjana bidang kimia di Universitas Lebanon pada tahun 1970-an.
Pada tahun 1974-1988, Qassem aktif sebagai anggota sekaligus pendiri Persatuan Mahasiswa Muslim Lebanon dan pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pendidikan Agama Islam. Qassem kemudian memutuskan untuk meninggalkan Amal pada 1979 setelah Revolusi Islam Iran.
Kemudian Qassem ikut serta dalam sejumlah pertemuan yang mengarah pada pembentukan Hizbullah, hingga akhirnya kelompok tersebut berdiri pada 1982.
Editor: Ifta