Mengenal Tradisi Grebeg Syawal Warga Cirebon
Jakarta, Deras.id – Tradisi Grebeg Syawal yang dilakukan Keraton Kanoman Cirebon sangat dinantikan oleh masyarakat sekitar. Tradisi itu meliputi ziarah kubur atau nyekar dari keluarga besar dan kerabat Keraton Kanoman untuk mendoakan para leluhur yang rutin dilaksanakan di hari kedelapan Idul fitri.
Keluarga keraton Kanoman Cirebon tampak masuk melalui pintu utama, kemudian naik ke puncak Gunung Sembung yang merupakan lokasi makam Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Selanjutnya melewati Lawang Pitu atau pintu tujuh untuk menuju ruangan dalam makam Sunan Gunung Jati.
Adapun nama ketujuh pintu yang dilewati rombongan keluarga Keraton Kanoman di antaranya, pintu Pasujudan, pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, dan pintu Teratai.
Bahkan, sejumlah warga tampak memanfaatkan dibukanya lawang pitu dan menggelar doa bersama persis di depannya. Karena momen semacam itu tergolong langka yang hanya bisa diikuti saat tradisi seperti Grebeg Syawal digelar.
Grebeg Syawal merupakan ritual yang disucikan dalam bentuk pengakuan terhadap silsilah para leluhur. Esensi dari Grebeg Syawal ialah ziarah kubur atau nyekar ke makam raja-raja Kesultanan Kanoman yang disemayamkan di kompleks makam Sunan Gunung Jati.
Sebelum menggelar Grebeg Syawal keluarga besar Keraton Kanoman melaksanakan puasa sunah Syawal setelah hari raya Idul fitri. Usai menggelar tahlil dan doa bersama di dalam ruangan makam Sunan Gunung Jati, keluarga Keraton Kanoman melanjutkannya ke makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem secara berurutan.
Dari mulai makam cicit Sunan Gunung Jati, Panembahan Ratu I, hingga makam Sultan-Sultan Cirebon yang berada di kawasan tersebut, dan keluar dari Mergu. Yakni, lokasi pemakaman yang biasa digunakan warga Tionghoa berziarah dan berdoa sebagai penghormatan terhadap istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Tiongkok, Putri Ong Tien Nio.
Selanjutnya rombongan menuju Pesanggrahan Kanoman untuk beristirahat dan menikmati hidangan yang disediakan Jeneng dan Kraman Astana Gunung Jati. Seusai jamuan makan, keluarga dan kerabat Keraton Kanoman secara simbolis melakukan tradisi surak atau membagikan uang kepada masyarakat. Sejumlah warga pun tampak berebut uang koin yang dibagikan oleh keluarga Keraton Kanoman, dan rangkaian tradisi Grebeg Syawal ditutup setelah berdoa di Lawang Pasujudan.
Penulis: Fat l Editor: Ifta