Masa Depan dan Kompas Arah Gerak Kaderisasi PMII
Oleh: Baijuri, M.E*
Pada 17 April 2023, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) akan menapaki tahun ke-63 sejak awal berdirinya. Para Founding Fathers mungkin tidak pernah menyangka organisasi yang semula hanya berperan sebagai organisasi sayap (Underbouw) Nahdlatul Ulama ini kemudian dapat bertahan dan menggeliat melintasi kerasnya perubahan.
Dalam deru gelombang politik yang pasang surut sepanjang sejarah Republik ini, banyak organisasi kepemudaan atau kemahasiswaan bubar bertumbangan karena tak mampu bertahan dari iklim politik yang sangat dinamis semasa orde lama dan orde.
Sejarah Masa Lalu (Past History)
Dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan (1994) Karya Fauzan Alfas menyebutkan, 13 orang yang diberi tugas dari berbagai daerah untuk melaksanakan musyawarah mahasiswa NU se-Indonesia bertempat di komplek Perguruan NU Wonokromo Surabaya. Pada momen itulah, PMII secara resmi dibentuk pada tanggal 17 April 1960 atau bertepatan 21 Syawal 1379 H.
Adapun 13 orang yang kemudian disebut sebagai deklarator pendiri PMII ialah: 1. Cholid Mawardi (Jakarta); 2. Said Budairy (Jakarta); 3. Shobich Ubaid (Jakarta); 4. Makmun Syukri; (Bandung); 5. Hilman Badrudinsyah; (Bandung) 6. Ismail Makky (Yogyakarta); 7. Moensif Nachrawi (Yogyakarta); 8. Nuril Huda Suaidy (Surakarta); 9. Laily Mansur (Surakarta); 10. Abdul Wahab Jaelani (Semarang); 11. Hisbullah Huda (Surabaya); 12. M. Cholid Marbuko (Malang); 13. Dan Ahmad Husein (Ujung Pandang/Makassar).
PMII di usia yang ke-63 telah menjadi kapal besar yang bertujuan menjadi tempat para anak muda Nahdliyin menggembleng diri, mengasah kemampuan, menemukan identitasnya, dan merumuskan cita-cita luhur, telah mengarungi lautan peradaban.
Dalam masa pergolakan ideologi menjelang runtuhnya orde lama saat itu PMII merepresentasikan sosok Zamroni sebagai lokomotif Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Zamroni tampil menjadi pemimpin lintas organisasi kemahasiswaan yang berhasil menumbangkan Rezim Bung Karno yang kala itu telah limbung dihantam krisis ekonomi-politik.
Begitu pula pada arak-arakan panjang perjuangan parlemen jalanan yang telah PMII tempuh sepanjang 32 tahun orde baru yang berujung pada runtuhnya rezim otoritarian Soeharto, nyaris langgam buku-buku kaderisasi PMII baik pra maupun pasca orde baru menjadi nampak berorientasi pada gerakan politik perlawanan atas kekuasaan yang terstruktur dan masif.
Begitu pekatnya PMII maupun organisasi ekstra kampus lainnya bergolak pada pusaran Politik sebagai memori perjuangan pra reformasi nampaknya begitu melekat dalam tempurung sekian banyak kader, sehingga muncul Stereotipe bahwa “ujung jalan dari proses menjadi Anggota organisasi Kemahasiswaan adalah berkarir di jalur Politik Praktis”.
Apabila kita berhitung 1 sampai 10 nama tokoh atau alumni PMII yang dikenali kader mungkin 7 di antaranya ialah tokoh dari sektor politik. Tak kurang nama-nama mentereng seperti Muhaimin iskandar, Khofifah Indar Parawansa, Imam Nahrawi, Thoriqul Haq, Badrut Tamam, Yaqut Cholil Qoumas, hingga Nusron Wahid. Nama-nama tadi telah menorehkan tinta emas prestasi dari level kepala daerah hingga pentas politik nasional.
Prestasi di sektor politik tersebut tentu patut kita apresiasi, sebab generasi PMII di masa lalu memang menisbatkan sektor politik sebagai wadah perjuangan. Sebagaimana cita-cita Mahbub Djunaidi ketika mencetuskan ide ‘khittah plus’ bahwa tidak mungkin warga NU yang puluhan bahkan ratusan juta jumlahnya itu dibiarkan aspirasi politiknya mengambang begitu saja, perlu wadah aktualisasi dan harus ada tokoh yang menjadi figur dimana aspirasi dan problem jama’ah dapat menemukan jalan keluarnya. Pada titik itulah ruang-ruang politik menjadi relevan.
Tetapi akan problematis ketika kader memiliki keyakinan bahwa hanya ruang politik-lah yang merupakan pintu ideal jenjang karir seorang aktivis. Bahwa hanya dengan jalan politiklah kewibawaan diri dapat dicapai. Era telah berubah dan kader PMII haruslah menyesuaikan target- target serta memperluas horison cara pandangnya melihat realitas yang kian kompleks.
Sejarah Masa Kini (History of the Present)
Pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang kaderisasi tahun 2012, Dwi Winarno (ketua bidang kaderisasi nasional PB PMII Periode 2011-2014) memaparkan bahwa pada leading sector berbagai ruang strategis di Republik ini ternyata kader dan alumni PMII belumlah menjadi lokomotif di bidang strategis masing-masing.
Pada sektor pemerintahan masih belum ada kader PMII yang pernah mengisi jabatan kementerian grade A dengan cakupan keberpengaruhan besar serta menentukan hajat hidup masyarakat luas seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Pertambangan, Kementerian Perdagangan hingga Kementerian BUMN semua pos ini belum pernah diisi oleh kader PMII.
Pada sektor akademik masih belum ada kader PMII yang menjadi pimpinan di kampus-kampus besar dan bonafit di Republik ini. Belum ada sejarah kader PMII menjadi rektor Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, hingga Institut Pertanian Bogor.
Pada sektor industri, belum ada tanda-tanda munculnya kader PMII dengan etos wirausaha yang kuat. Jika majalah Forbes rutin setiap tahun merilis 100 orang terkaya di Indonesia maka sepanjang sejarah belum pernah ada kader PMII yang muncul di antara 100 orang terkaya di republik ini.
Dengan sekian catatan tersebut lantas kemana arah kapal besar PMII ini akan menuju menjelang usianya ke 63 tahun ?
Sejarah Masa Depan (Future History)
Perkembangan paradigma Developmentalisme menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan itu sendiri (People Centered Development) hal ini bertujuan untuk memposisikan manusia sebagai modal pembangunan yang sangat potensial. Dan memiliki daya ungkit yang sangat besar untuk kemajuan suatu negara. PMII harus mampu ambil bagian dalam peningkatan kapasitas SDM baik Hard Skill maupun Softskill.
Komposisi lulusan kader PMII berdasarkan tingkatan serta latar belakang akademiknya ialah: 43 % lulusan kampus agama; 13 % lulusan jurusan sosial humaniora; jurusan seni budaya 3%; lulusan teknik hanya 3%, lulusan kebijakan publik hanya 6%; dan lulusan kedokteran hanya 0,30%. Dengan data tersebut dapat kita temukan bahwa persebaran akademik kader PMII belum merata.
Dengan menumpuknya kader di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), menggambarkan bahwa PMII masih berkutat pada ranah wacana ideologi keagamaan dan kebangsaan. Bukan ranah ilmu terapan dan juga belum masuk pada tahap teknokrasi sebagai pelaksana dari berjalannya pembangunan republik di bawah Presiden Jokowi.
Modernisasi kehidupan dewasa ini yang ditandai dengan revolusi di bidang IT yang disebut juga Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, di mana semua kehidupan harus berbasis digital, seperti e- commerce, e-marketing, dan e-birocration baik di bidang ekonomi melalui marketplace maupun teknologi birokrasi melalui e-office.
Dengan demikian, PMII harus melakukan peningkatan Capacity Building baik secara kelembagaan maupun perorangan. Dari sisi teknokrasi, skill dan profesionalitas agar tidak tertinggal oleh peradaban zaman. pilihannya hanya ada 2, PMII berubah untuk menyesuaikan diri atau tenggelam dengan sekedar euforia kejayaan masa lalu.
PMII dalam sejarahnya memang tidak bisa lepas dengan politik kenegaraan karena memiliki amanah keagamaan (Amanatut Diniyah) dan amanah kebangsaan (Amanatul Wathaniyah). Tetapi terlalu asik berkubang pada ranah tersebut juga dapat menjadi bumerang bagi masa depan organisasi.
Oleh karena itu PMII haruslah merumuskan formulasi kaderisasi baru dengan peningkatan kualitas handal, utamanya bidang teknokrasi dimana kader PMII mengambil peran terdepan dalam laju pesat pembangunan Republik. Setiap kader bertanggung jawab atas kapasitas dirinya tidak bergantung kepada institusi-institusi manapun, matang secara personal dan siap mempertarungkan kualitas pada ruang-ruang profesional apapun.
PMII wajib menguatkan sistem inovasi mencakup pengaturan 3 (tiga) subsistem utama yaitu penguatan subsistem Iptek (litbang dan perguruan tinggi), subsistem industri (badan usaha), dan subsistem ruang distribusi (pada kancah profesional).
Penguatan subsistem Iptek ditujukan memperkuat daya dukung inovasi serta terjaminnya kualitas kader yang jempolan. Subsistem industri menstimulasi kemandirian ekonomi kader, subsistem distribusi menjamin bahwa kader yang telah digembleng sedemikian rupa dapat berkarir secara baik di dunia profesional.
Selain itu, PMII harus mendorong pengembangan riset, teknologi dan inovasi serta membangkitkan jiwa Techno-Preneur kader melalui UKM dan aliansi usaha antara UKM dan perusahaan skala besar, serta BUMN. Hal itu semua dimaksudkan dalam rangka pengentasan kemiskinan melalui komunitas kreatif yang mempekerjakan tenaga kerja terampil. Apalagi dengan realitas menyedihkan hari ini bahwa selepas berproses di PMII serta selesai mengarungi masa kuliah banyak alumni muda PMII yang kemudian linglung hilang arah tak tau akan berkarir dimana untuk melanjutkan hidup.
Kader PMII masa depan harus menunjukkan kualitas teknokratis yang dapat diterima dalam kepemimpinan nasional, daerah, dan di dunia profesional. Kader masa depan PMII ini diantaranya ditandai dengan disiplin, komprehensif, konsisten, dan senantiasa beradaptasi dengan perubahan. Sikap dan etika kader PMII ini sesuai dengan kaidah Almukhafadhotul ala qodimissholih, wal ahdzu bil jadidil ashlah.
Program pembaharuan ini harus mewabah dan terintegrasi sejak dari Pengurus Rayon, Pengurus Komisariat, Pengurus Cabang, Pengurus Koordinator Cabang hingga Pengurus Besar PMII. Apabila formulasi pembaharuan ini berhasil maka ini akan menjadi jawaban bahwa PMII dan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus tidak hanya memiliki ruang distribusi politik saja sebagai pintu berkarier, melainkan ia adalah jembatan yang siap menghantarkan kader pada semua gerbang keberhasilan pada semua sektor yang dicita-citakan.
Ada sebuah ungkapan lama yang masih diamini oleh semua kader PMII; “kader PMII dibuang ke darat menjadi Gunung, dibuang ke laut menjadi Pulau”. Sebuah adagium dimana seluruh kader PMII haruslah menjadi patronase, menjadi lokomotif pembaharu, menjadi cahaya yang menerangi, dan menjadi oase yang selalu menyejukkan
Selamat harlah ke 63 PMII-ku, engkau adalah kapal besar yang telah mengarungi jutaan badai dan gemuruh ombak sepanjang Usiamu.
*Ketua Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Timur