Surabaya, Deras.id – Pertarungan tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada Jawa Timur dinilai semakin ketat. Pasalnya, munculnya pasangan Luluk Nur Hamidah-Lukman Hakim dari PKB dan pasangan Tri Risamaharini-Zahrul Azhar Asumta dari PDIP sebagai penantang calon petahana Khofifah Indar Parawansah-Emil Dardak yang diusung 12 partai politik bakal menjadi ajang pembuktian bagi PKB dan PDIP.
“Jadi yang menarik adalah sejak Pilgub 2008 itu sampai terakhir 2018 lalu, PAN dan Demokrat itu selalu berada di pihak pemenang. Kemudian dua parpol dengan pemilih terbesar di Jatim, yang selalu menang Pileg, yaitu PKB dan PDIP ternyata belum pernah memenangkan Pilgub Jatim. Ini bisa jadi ajang pembuktian mereka,” ujar Pengamat Politik dan Peneliti The Republic Institute Sufyanto, Selasa (3/9/2024).
Sufyanto menilai pasangan Luluk-Lukman menjadi penantang yang sebanding, bahkan sangat kuat untuk menantang pasangan petahana. Menurutnya, pasangan Luluk-lukman sama-sama berasal dari kalangan pesantren yang merupakan basis masyarakat Jawa Timur.
“Bu Luluk kan PKB, dari kalangan santri, pengalaman di DPR juga, pasangan dengan Lukmanul Khakim juga dari kalangan santri. Dalam pidatonya setelah pendaftaran kemarin juga terlihat menyinggung beberapa hal permasalahan di era kepemimpinan Khofifah-Emil yang belum mampu dituntaskan,” kata Sufyanto.
Sementara pasangan penantang petahana lainnya Risma-Gus Hans juga mempunyai peluang yang sama dengan Luluk-Lukman. Pasangan Risma-Gus Hans dinilai figur yang sangat populer, terlebih pengalaman sebagai walikota Surabaya.
“Bu Risma itu kan figur teknokrat yang sangat populer di beberapa daerah, apalagi ketika dulu memimpin jadi Wali Kota Surabaya, itu akan menarik. Apalagi Risma-Gus Hans ini mengusung tagline resik-resik, yang sangat lekat dan identik dengan beliau selama memimpin menjadi Walikota Surabaya dulu. Dan sepertinya juga menyiratkan banyak permasalahan di Jawa Timur. Terutama belakangan ini kan sedang disorot soal sejumlah pemeriksaan dan penggeledahan berkaitan dengan dugaan korups,” kata Sufyanto.
Sufyanto menambahkan bahwa pertarungan pilkada Jawa Timur bakal sengit dan menyangkut basis masing-masing partai. Namun demikian, Sufyanto mengatakan semua pilihan tergantung masyarakat Jawa Timur yang akan menilai dan memilih mana pemimpin yang terbaik untuk Jawa Timur.
“Sangat kompleks. Misalnya secara pendekatan sosiologis, kultur mataraman itu banyak sub kulturnya, itu seperti apa pendekatannya, kultur arek juga berbeda-beda antara Surabaya, Malang, mungkin Gresik, Lamongan, itu berbeda-beda. Tergantung bagaimana mesin partainya dan pendekatan yang dilakukan,” ucap Sufyanto.
“Nah, tinggal masyarakat bagaimana? Apakah memilih untuk melanjutkan, memilih buat resik-resik, atau mau satunya lagi yang luman? Itu yang akan menentukan,” imbuh Sufyanto.
Penulis: Diraf l Editor: Muhibudin Kamali