Tambrauw, Deras.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong, Jember, Jawa Timur menyelenggarakan program penelitian dan masyarakat daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T). Program tersebut berupa fasilitasi penguatan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berada di wilayah Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya.
“Giat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tutor keaksaraan fungsional di sekolah adat melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan berbagai pihak terkait,” kata Ketua LP2M UAS Kencong, Akhmad Rudi Masrukhin, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (17/11/2024).
Bertindak sebagai peneliti dalam program ini, Rudi menjelaskan bahwa FGD pertama dilaksanakan pada 12 November 2024 di SMK Negeri 1 Yembun. Kegiatan dihadiri oleh kepala sekolah, pengawas pendidikan, pengelola dan tutor dari PKBM Kalvari, PKBM Emaus, serta PKBM Kasih Rumbai Koteka.
“Para peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang tantangan dan solusi dalam mengelola pendidikan berbasis keaksaraan di wilayah terpencil ini,” katanya.
Kandidat Doktor di Universitas Negeri Malang ini menegaskan kegiatan ini merupakan langkah awal dalam membangun kemitraan yang lebih kuat antara pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga pendidikan tinggi. Pihaknya berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada pendidikan di Papua, khususnya di daerah 3T.
“Kami berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberi manfaat yang lebih besar untuk masyarakat di daerah ini,” harap Rudi.
Rudi menambahkan, pada FGD sesi kedua berlangsung di Aula SMP Negeri 1 Fef, kegiatan berfokus pada pembahasan peningkatan kapasitas tutor keaksaraan fungsional. Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tambrauw, Kepala Bidang PLS dan PAUD, serta para kepala sekolah dan tutor keaksaraan di PKBM se-Kabupaten Tambrauw.
“Kegiatan ini turut disemarakkan dengan penyerahan perangkat Starlink Net kepada PKBM Kasih Rumbai Koteka, yang diharapkan dapat meningkatkan akses komunikasi dan informasi di wilayah pegunungan yang selama ini kesulitan dalam mengakses internet,” tambahnya.
Kegiatan bertajuk ‘Pendidikan Transformatif: Peningkatan Kapasitas Tutor Keaksaraan Fungsional Sekolah Adat’ ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi tantangan pendidikan di wilayah 3T. Selain itu, menjadi langkah strategis untuk mempercepat pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia, terutama di daerah yang membutuhkan perhatian khusus.
Sebagai informasi, program ini didukung oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Akhmad Rudi Masrukhin didampingi asisten peneliti Syafri Syamsudin, sebagai penggerak utama dalam upaya memperkuat pendidikan di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).
Penulis: Habib Aziz I Editor: Ifta