Jakarta, Deras.id – Pertandingan antara Real Madrid dan Atletico Madrid yang berlangsung pada Senin, 30 September 2024, berakhir dengan skor 1-1. Pertandingan ini diadakan di kandang Atletico Madrid dan menjadi sorotan karena kerusuhan yang melibatkan suporter Atletico Madrid dan kiper Real Madrid, Thibaut Courtois. Kerusuhan tersebut terjadi setelah gol yang dicetak oleh Atletico, yang memicu reaksi emosional dari para suporter. Situasi semakin memanas ketika Courtois terlibat dalam insiden dengan suporter, yang menambah ketegangan di dalam stadion.
Para suporter mulai melemparkan botol plastik, korek api, dan bahkan sekantong sampah yang diarahkan ke kiper tersebut. Wasit terpaksa menghentikan pertandingan setelah tiga peringatan gagal memberikan hasil yang diharapkan, mengingat situasi semakin memanas, yang menyebabkan penghentian laga selama 15 menit.
Menanggapi kerusuhan tersebut, komite kompetisi RFEF (Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyo) telah memberlakukan penutupan sebagian tribun stadion selama tiga pertandingan, yang menargetkan bagian Fondo Sur di Civitas Metropolitano, area pelemparan. Pihak klub juga harus membayar denda sebesar €45.000 (£37.000/$49.000) sebagai bagian dari sanksi. Tindakan disipliner ini dipandang sebagai pernyataan tegas oleh federasi, yang menegaskan bahwa perilaku seperti itu tidak akan ditoleransi dalam sepakbola Spanyol.
Menurut pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, Thibaut Courtois tidak bersalah karena dia bereaksi atas ancaman yang dilakukan oleh suporter garis keras Atletico Madrid, yaitu “Frente Atletico”, yang berada di belakang gawangnya. Ancelotti menegaskan bahwa tindakan Courtois adalah respons terhadap situasi yang mengancam, dan ia mengkritik perilaku suporter yang tidak pantas tersebut.
Saya menghormati pendapat orang lain. Namun, jelas terjadi kekerasan di pertandingan dan mereka yang melakukannya tidak pantas mendapatkan tempat di sepak bola dan di masyarakat,” ujar Ancelotti, dikutip dari laman Real Madrid di Jakarta, Selasa.
“Membicarakan soal sikap Courtois ketika suporter meneriakinya dengan kalimat ‘Aku harap kau mati’ beberapa kali adalah sebuah pengalihan isu,” kata dia.
Sementara Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, berpendapat bahwa selain suporter yang melakukan pelemparan, pemain yang memprovokasi juga mestinya mendapatkan hukuman. Ia menegaskan bahwa timnya membutuhkan suporter yang memberikan dukungan, bukan tindakan yang merugikan seperti itu Simeone menekankan pentingnya menciptakan atmosfer positif di stadion agar tim dapat bermain dengan baik.
“Menurut saya, orang-orang yang telah melakukan insiden harus diberi sanksi oleh klub. Kami tidak membutuhkan orang-orang ini,” kata Simeone kepada DAZN, dikutip dari Reuters,
“Kami membutuhkan orang-orang yang mendampingi dan mendukung kami. Mereka merugikan klub, tetapi berhati-hatilah: itu tidak membenarkan terciptanya situasi yang kami, para protagonis, ciptakan,” ujarnya menambahkan.
Setelah insiden tersebut, Atletico segera merespons dengan melarang seorang penggemar seumur hidup. Orang ini diidentifikasi sebagai salah satu pelaku yang melemparkan benda ke lapangan. Klub juga mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dengan polisi setempat untuk mengidentifikasi dan memberi sanksi kepada individu lain yang terlibat dalam insiden. Selain itu, Atletico telah berjanji untuk menerapkan perubahan dalam kebijakan stadion untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang dan akan melarang penggemar mengenakan pakaian yang menyembunyikan identitas mereka.
Penulis: Elfajr l Editor: Apr