Opini

Kajian Tindakan Rasional Pada Pembatasan Tweet di Twitter

*Sugiati

Elon Musk, sosok yang sudah tidak asing lagi didunia per-twitteran, lantaran aksinya dalam membeli twitter belum lama menjadi perbincangan publik. Kini atas kebijakan yang dibuat Elon Musk, yaitu memberlakukan pembatasan twitter, salah satu platform komunikasi digital  yang dapat digunakan oleh manusia dari seluruh penjuru dunia, sontak menghebohkan jagat maya. Hal itu dilakukan Elon Musk tentu saja untuk membuat performa twitter lebih baik lagi.

Kebijakan yang diterapkan yakni berupa pembatasan scrolling tweet di beranda masing-masing akun pengguna. Sejalan dengan hal itu, seperti yang dikutip pada akun twitter @Relyourbae2, pembatasan ini berlaku bagi akun yang sudah terverified maupun yang belum terverified. Ketentuannya adalah, bagi akun yang sudah terverified hanya boleh melakukan aktivitas tweet 6000 tweet perhari, untuk akun lama namun belum tervetified adalah sebanyak 600 kali tweet perhari, sedangkan  akun yang baru dan belum terverified hanya 300 kali perhari. Pembatasan kebijakan ini tentu membuat dunia maya merasa lebih tidak leluasa, seperti biasanya.

Adanya kebijakan yang diberlakukan oleh Elon Musk juga mengundang protes dari para pengguna twitter. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya tweet yang menyayangkan hal ini terjadi. Seperti yang dikutip dari akun twitter @masgita_, semoga twitter bangkit kembali, kenapa tiwtter tak seseru yang dulu, tulisnya. Jelas tindakan tersebut merupakan respon atas kebijakan yang dibuat oleh Elon Musk. Dalam unggahannya tersebut Mas Gita juga menambahkan gambar batu nisan yang terdapat logo twitternya.

Baca Juga:  Barat dan Kredo HAM yang Paradoks; Sebuah Refleksi Kritis

Tindakan Sosial

Tindakan yang dilakukan Mas Gita selaku pengguna twitter, merupakan respon dari kebijakan yang dibuat oleh Elon Musk. Sejalan dengan hal itu, tindakan ini dapat disebut dengan tindakan sosial. Sebelum menganalisis lebih jauh, maka dapat diketahui bahwa tindakan sosial merupakan tindakan yang mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Jelas, tindakan dengam me-tweet harapannya agar twitter tidak dibatasi, mempengaruhi orang lain untuk berbondong-bondong mengamini apa yang disampaikan Mas Gita di tweetnya. Hal itu dapat dilihat dari komentar dari salah satu pengguna twitter di kolom komentar Mas Gita, “jujur aja kangen banget sama twitter yang dulu, sekarang mah ribet banget” tulis akun @deadlysoul. Tindakan tersebut tentu saja dapat mempengaruhi orang lain, untuk turut serta menuliskan harapannya bagi twitter.

Sejalan dengan hal itu, tentu saja apa yang dilakukan Mas Gita dan beberapa akun twitter yang berkomentar di postingannya, dipengaruhi oleh tindakan Elon Musk karena membatasi aktivitas tweet pada pengguna twitter. Maka unsur tindakan sosial sangat tepat dimasukan dalam konteks ini. Pemberlakuan kebijakan tersebut dapat mendorong seseorang melakukan tindakan sosial yang dapat mempengaruhi orang lain, karena dipengaruhi oleh orang lain.

Baca Juga:  Maroko, Abed Al-Jabiri dan Kita

Pilihan Rasional

Lantas, sejauh mana pandangan sosiologi dalam melihat kebijakan yang diberlakukan oleh Elon Musk dalam membatasi aktivitas tweet di aplikasi twitter? Pembatasan aktivitas tweet di aplikasi twitter, sejatinya merupakan dorongan dari sebuah peristiwa atau kejadian yang kemudian membuat Elon Musk memberlakukan kebijakan tersebut. Sederhananya adalah, apa yang dilakukan Elon memiliki sebab yang telah dipertimbangankannya.

Sejalan dengan hal tersebut, tindakan yang dilakukan oleh Elon Musk dapat dianalisis menggunakan teori tindakan rasional instrumental dalam sosiologi. Namun, sebelum menganalisis lebih dalam, perlu diketahui bahwa tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang didasari pada akal atau rasio, sehingga tindakan yang dilakukan mempertimbangkan antara tujuan dan cara yang dilakukan (ruangguru, 2017).

Melihat pengertian tindakan rasional instumental diatas, dapat dikorelasikan dengan apa yang dilakukan Elon Musk. Setidaknya, tindakan tersebut memiliki tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang dikutip dari akun twitter @relyourbae2, kebijakan baru diterapkan demi mengikis data dan manipuasi sistem. Sehingga cara-cara yang digunakan oleh Elon Musk juga dipertimbangkan. Seperti yang diketahui bahwa, pembatasan ini tidak serta merta diberlakukan seragam bagi seluruh akun twitter, yang baru atau lama dan yang sudah terverified ataupun belum. Namun, lebijakan ini dikelompokan sesuai pada posisi masing-masing akun, seperti akun baru yang belum terverified, akun yang sudah terverified, dan akun baru yang belum terverified masing-masing mengantongi kebijakan yang dibuat. Hal itu merupakan cara dimana tindakan rasional instumental itu diciptakan oleh Elon Musk.

Baca Juga:  Menyikapi Perdebatan Perpanjangan Masa Jabatan Kades Menjadi 9 Tahun

Pada dasarnya, tindakan rasional instrumental dilakukan karena mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai. Tentu langkah ini bukan serta merta dilakukan tanpa berpikir panjang. Oleh karena itu dalam memahami tindakan rasional instrumental, hendaknya memahami tujuan dari topik yang akam dibahas atau dianalisis. Sejatinya, tindakan sosial dapat dipahami melalui kehidupan dan aktivktas sehari-hari, sebab tindakan sosial adalah apa yang dilakukan setiap manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, tindakan sosial tentu memiliki akibat yang timbul. Oleh karena itu, akibat buruk yang timbul memerlukan solusi yang hendak dilakukan demi mencapai tujuan.

*) Mahasiswa Sosiologi FISIB Universitas Trunojoyo Madura

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda