Jelang Pemilu 2024, SMRC Sebut Partai dan Politisi Berebut Ingin Jadi Warga NU

Jakarta, Deras.id – Sebagai organisasi yang memiliki anggota yang sangat besar, Nahdlatul Ulama memiliki daya pikat yang sangat tinggi bagi partai dan tokoh politik. Hal itu terbukti dari survei SMRC pada Desember 2022.

“Warga yang mengaku sebagai anggota aktif NU sebanyak 8,6 persen dan mengaku sebagai anggota tapi tidak aktif sebesar 11,7 persen. Total warga yang mengaku sebagai anggota NU sebesar 20,3 persen” kata ilmuwan politik, Prof. Saiful Mujani, dalam program ‘Bedah Politik episode “Kekuatan Elektoral Nahdlatul Ulama” yang disiarkan melalui SMRC TV pada Kamis, (16/2/2023).

Saiful Mujani menjelaskan daya tarik NU bagi partai politik di Indonesia adalah karena organisasi ini memang memiliki massa yang besar dan mengaku sebagai anggota formal NU sebesar 20,3 persen atau sekitar 40-an juta warga.

Bahkan menurutnya, angka ini di luar warga yang secara kultural mengikuti praktik ritual keagamaan NU. Kalau kelompok kultural itu digabungkan, maka massa NU akan menjadi lebih besar.

“Kalau dilihat dari data ini, memang NU memiliki nilai elektoral karena dari sisi jumlah sangat besar,” ucap peraih doktor ilmu politik dari Ohio State University tersebut.

Lebih jauh, Saiful mengungkapkan jejak rekam dalam Pemilu 1955, NU menjadi pemenang nomor tiga. Ketika itu Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) lebih kuat dari NU. Hanya saja, Masyumi sangat heterogen atau terdiri dari banyak kelompok Islam.

Namun NU, menurutnya subkultur Islam di Indonesia yang sangat solid. Sementara Masyumi tidak memiliki basis ormas. Berbeda dengan Masyumi, NU adalah partai dan ormas sekaligus. Antara partai NU dan Ormas NU identik.

“Dilihat dari sisi jumlah, NU sangat penting secara elektoral. Ini yang menjelaskan mengapa banyak partai dan tokoh-tokoh politik Indonesia menghitung NU. Semuanya bahkan ingin merasa dekat dan sebagai orang NU” pungkasnya.

Penulis: Bahar l Editor: Rea

Exit mobile version