Sumba Timur, Deras.id – Program transmigran menjadi salah satu program yang banyak dilirik masyarakat. Motifnya simpel, yakni untuk meningkatkan taraf finansial. Namun, dalam prakteknya, hal itu tak semudah membalikan telapak tangan. Banyak tantangan dan kendala yang dihadapi selama merintis dan memulai hidup menjadi transmigran.
Para transmigran harus berjuang untuk membangun kehidupan dan perekonomian di wilayahnya. Mereka dituntut untuk menjadi pionir pembangunan daerah yang belum terjamah. Seperti halnya, I Gede, transmigran asal Singaraja, Bali yang cukup terbilang berhasil mengembangkan sektor pertanian buah di Sumba Timur.
I Gede mengikuti program transmigrasi sejak tahun 2000. Jujugan pertamanya adalah di Provinsi Sulawesi. Lalu berpindah ke beberapa pulau lainnya lantaran kondisi pekerjaannya yang tak membaik. Bagi I Gede, berpindah dari pulau ke pulau bukanlah barang baru. Ia mengatakan bahwa telah mengikuti program transmigrasi lebih dari dua kali.
“Saya pindah lebih dari 2 kali, ya karena pekerjaan. Disana ga cocok, ga bisa berkembang, pindah begitu,” tuturnya.
Hingga akhirnya, di tahun 2019 I Gede mencoba kembali untuk mengikuti program transmigrasi dengan tujuan wilayah Sumba Timur. Saat itu, I gede diajak temannya yang tertarik untuk mengikuti program transmigrasi di Sumba. I Gede pun mencari infformasi potensi dan kondisi wilayah di Sumba, hingga akhirnya I Gede memutuskan untuk juga mengikuti program transmigran.
“Saya melihat wilayah yang sangat luas dan bisa dikembangkan kedepannya,” imbuhnya.
Di Sumba Timur, I Gede mulai serius untuk menggarap sektor pertanian dan peternakan. Dalam sektor peternakan dia mengembangkan ternak Babi dan Ayam Kampung.
Seperti pengusaha pada umumnya, di awal merintis sektor usaha ternaknya, I Gede banyak mengalami kendala. Pada saat yang bersamaan, ternaknya macet, begitu pun dengan kebunnya.
Ternak unggasnya banyak terkena virus. Sedangkan pada sektor pertanian, lahannya dilanda krisi air, tekstur tanah yang cenderung berbeda. Kondisi ini berlangsung cukup lama, hingga bertahun- tahun.
Tak mau menyerah, I Gede pun tekun mengecek dan memperbaiki cara bercocok tanam hingga akhirnya I Gede dapat mengembangkan sektor pertaniannya.
Dari usaha yang dikembangkannya itu, I Gede berhasil menyokong biaya pendidikan anak- anaknya hingga dibangku kuliah.
“Saat melakukan Transmigrasi ke Sumba Timur ini saya telah dapat menyekolahkan anak saya hingga lulus sarjana S1,” ujarnya pada media Deras.Id.
Melalui program transmigrasi, I Gede berharap agar pemerintah pusat bisa lebih intens memantau dan melakukan pendampingan kepada masyarakat di daerah.
Penulis: Rudhono | Editor: Dian