NasionalBerita

Gus Imin Tanggapi Pernyataan Menag Soal Pemimpin Mulut Manis, Sebut Omongan Buzzer

Jakarta, Deras.id – Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Gus Imin menanggapi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumus yang menyebut jangan pilih pemimpin yang pandai berbicara, bermulut manis dan berwajah tampan dalam Pilpres 2024. Gus Imin menyebut pernyataan Yaqut tersebut selayaknya omongan buzzer yang tak pantas keluar dari mulut menteri agama.

“Itu omongan buzzer ha ha ha,” ujar Gus Imin di Jakarta, Minggu (1/10/2023).

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menanggapi pernyataan Yaqut.

Jazilul menilai pernyataan Yaqut tersebut seperti buzzer dan provokator yang tak penting dan tak perlu diucapkan.

“Buang-buang statement menurut saya, buang-buang omongan yang enggak perlu. Ini kan omongan pinggir jalan, omongan buzzer, omongan provokator yang seperti itu,” kata Jazilul.

Baca Juga:  Gus Imin Tegaskan Tak Bahas Politik Saat Bertemu Habib Rizieq

Jazilul menilai pernyataan Yaqut tersebut tak pantas diucapkan apalagi sebagai pejabat publik yang menangani soal agama.

Seharusnya, seorang menteri agama menyampaikan segala sesuatu secara santun dan tak menimbulkan pecah belah antar anak bangsa.

Diketahui sebelumnya, Yaqut mengajak untuk memilih pemimpin yang tak hanya pandai berbicara dan bermulut manis.

Dia meminta agar masyarakat benar-benar mencermati rekam jejak para capres cawapres yang akan berkontestasi di Pilpres 2024. 

“Track record-nya bagus syukur, mukanya ganteng syukur, bicaranya manis, itu dipilih. Kalau nggak ya jangan, jangan pertaruhkan negeri ini kepada orang yang tidak memiliki perhatian kepada kita semua, cek track record-nya,” ucap Yaqut dalam sambutannya dalam acara Doa Bersama Wahana Negara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah, Jumat (29/9/2023).

Baca Juga:  Dugaan Korupsi Tata Kelola 109 Ton Emas Seret Sejumlah Pejabat PT Antam

Lebih lanjut, Yaqut juga menyinggung soal Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang menurutnya sangat kental dengan politisasi agama.

Oleh sebab itu, ia mengingatkan agar masyarakat tak memilih pemimpin yang menggunakan agama untuk kepentingan politik.

“Kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan,” pungkas Yaqut.

Penulis: Diraf l Editor: Rifai

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda