Bintan, Deras.id – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menegaskan majunya BUM Desa maupun BUM Desa Bersama tidak lepas dari SDM pengelola yg berkualitas, kreatif, dan punya visi.
Oleh sebab itu peningkatan SDM terus dilakukan berkesinambungan sebagai jurus jitu agar BUM Desa maju dan dapat menunjang perekonomian di desa.
“Banyak hal yang sudah kita dilakukan dan terus akan kita lakukan untuk memberikan kemudahan BUM Desa dalam penanganan dan pengelolaan usaha,” kata Gus Halim disela-sela Sarasehan bersama pemilik BUM Desa di Teluk Bakau, Kabupaten Bintan, Rabu (1/2/2023).
Pertama lanjut Gus Halim, menggandeng Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) dan beberapa ahli untuk menyusun sistem akutansi yang kemudian dikoreksi oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Dari hasil kajian tiga instansi tersebut disepakati sebuah sistem akutansi yang menjadi satu-satunya sistem akutansi BUM Desa dan BUM Desa Bersama, sehingga audit independen bisa melakukan dengan ukuran yang sudah disepakati oleh lembaga yang berwenang.
“Dengan demikian maka penyiapan SDM untuk tata keuangan sudah sangat jelas materinya,“ jelas Gus Halim.
Selanjutnya, Gus Halim juga menggandeng perguruan tinggi untuk bersinergi penyiapan program SDM. Program yang sedang berjalan yaitu Rekognisi Pembelaran Lampau Desa (RPL Desa) untuk memfasilitasi aparatur desa menempuh pendidikan tinggi.
Dengan RPL Desa itu pengalaman Kepala Desa, Perangkat Desa dan pengurus BUM Desa bisa dikonversi menjadi SKS. Sudah ada 1076 aparatur desa asal Bojonegoro yang sedang kuliah jalur RPL Desa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Nageri Surabaya (Unesa).
Ribuan aparatur desa dengan berbagai jurusan tersebut rencananya akan di wisuda pada 17 September 2023.
Adapun cara lain adalah menempatkan mahasiswa KKN dari perguruan tinggi ke beberapa desa dengan harapan agar mahasiswa tersebut dapat melakukan transformasi pengetahuan, keterampilan untuk pembukuan, tata kelola keuangan, dan seterusnya.
“Misalnya kita minta mahasiswa STAN KKN-nya ditaruh di beberapa titik yang sesuai dengan mapping yang kita miliki sehingga dalam kurun satu dua bulan mereka melakukan transformasi pengetahuan keterampilan untuk pembukuan,” pungkas Gus Halim.
Penulis: Danu l Editor: Ani