Jakarta, Deras.id – Ekonom senior Indef Faisal Basri menilai pertumbuhan ekonomi di Indonesia melemah hingga 2024. Menurutnya, industri manufaktur yang selalu lebih rendah dari PDB menjadi faktor utama.
“Terjadi pelemahan pondasi, kalau kita ingin membangun Gedung pencakar langit maka pondasi nya harus kuat, seperti pohon yang semakin menjulang tinggi kelangit sana, akar akarnya harus kokoh mencekram langit,” ujarnya pada diskusi publik yang diselenggarakan secara virtual oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Kamis (5/1/2023).
Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia mengalami keterlambatan sebelum mencapai pada pucak yang optimal, hal ini karena adanya gejala dini deindustrialisasi sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi selau rendah daripada produk domestik bruto (PDB).
“Struktur manufaktur yang lemah, membuat produk ouputnya menjadi terbatas untuk dikirim ke luar negeri, kita makin tergantung dengan ekspor komoditas,” sambungnya.
Faisal Bisri menyebutkan hal ini berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang. Proses kegiatan politik menjadikan perekonomian nasional melemah.
Jika dilihat dari gross national income perkapita Indonesia akan disalip oleh Vietnam dan Philippines yang terus tumbuh semakin kuat.
Sementara itu, satu jenis industri makanan dan minuman menyumbang 38,1% dan kontribusi industri kimia, farmasi dan herbal sebanyak 11,5%. Dua jenis industri ini hampir menyumbang separuh dari total industi manufaktur nonmigas.
Sebagai informasi, ada tiga faktor yang terus menerus melemahkan pertumbuhan Industri. Di antaranya teknologi dan inovasi, kondisi pasar, dan pertumbuhan ekonomi, budaya, dan masyarakat.
Penulis: Fazah l Editor: Iftah