Euro: Juara Bertahan Kandas di 16 Besar
Jakarta, Deras.id- Italia datang ke Jerman dengan status sebagai juara bertahan. Opta melalui Supercomputernya juga menempatkan Italia sebagai 5 besar kandidat juara. Dua label prestisius tersebut tidak diimbangi penampilan yang apik oleh Gli Azzuri. Italia tampil terseok-seok sejak di fase grup. Usai menekuk Albania 2-1 dan tumbang 0-1 dari Spanyol, kepastian melaju ke 16 besar baru diraih usai menahan Kroasia 1-1 lewat gol Mattia Zaccagni di menit akhir pertandingan.
Performa tidak meyakinkan tersebut kembali terulang di Berlin pada Sabtu (29/6). Tampil di Olympiastadion, tempat mereka menjadi juara Piala Dunia 2006, Italia gagal mengulangi kisah manis. Mereka dibuat tidak berdaya di hadapan permainan agresif Swiss yang memaksa Donaruma harus meraup dua gol di gawangnya.
Remo Frueler berlari cepat saat tak satupun pemain Italia mengamatinya untuk memberi Swiss keunggulan hanya delapan menit sebelum jeda. Hal tersebut menandai sang juara bertahan sudah tertinggal empat kali dalam empat laga di turnamen ini. Swiss kembali mengoyak gawang selepas jeda. Ruben Vargas yang impresif menghujam bola ke arah Gigi Donnarumma yang tidak dikawal ke pojok atas gawang Azzurri.
Pelatih Italia, Spalletti mengaku bertanggung jawab atas kekalahan ini. Namun ia merasa waktu persiapan Italia memang terbatas. Ia baru ditunjuk pada 18 Agustus 2023, di tengah-tengah Kualifikasi Euro 2024. Sebelum berangkat ke Jerman, ia hanya memimpin Italia dalam 10 laga.
“Saya tak memiliki banyak waktu untuk mengenal para pemain, sebab jika melihat para pelatih yang pergi ke turnamen, hampir semuanya punya sekitar 20 laga untuk melakukan beragam eksperimen. Beberapa tambahan laga akan membantu,” ujar Spalletti kepada Sky Sport Italia.
“Jika melihat jadwal pertandingan, kalian akan lihat ada perbedaan yang besar antara apa yang harus saya persiapkan dan apa yang dilakukan pelatih lain. Namun pada akhirnya, ini tetaplah tanggung jawab saya,” Spalletti menjelaskan.
Pada sisi yang berbeda, Gianlugi Donaruma enggan memberikan alasan apapun. Kiper Paris Saint Germain tersebut memilih untuk meminta maaf kepada seluruh pendukung Italia.
“Ini saatnya untuk bertanggung jawab dan meminta maaf atas (hasil buruk ini). Kami tidak pernah benar-benar tampil baik sepanjang laga, kami harus menerima itu meskipun sulit dan memberikan pujian kepada Swiss yang tampil luar biasa. Tapi, kami harusnya bisa tampil lebih baik,” ujar Donnarumma seperti dikutip situs resmi UEFA.
“Menyakitkan tersingkir seperti ini, kami minta maaf kepada semuanya. Mereka pantas mendapatkannya. Kami kesulitan sepanjang laga.”
Sepanjang total 90 menit, Italia menguasai total 50,6 persen bola, terutama setelah tertinggal 2 gol. Namun, Swiss lebih layak menang dengan 16 tembaan berbanding 11. Federico Chiesa jadi pemain dengan tembakan paling banyak (4 kali), sedangkan Granit Xhaka membuat 3 peluang, terbanyak di laga ini.
Pelatih Swiss, Murat Yakin mengaku sudah lama memantau dan mempelajari pola permainan Italia. Kemenangan yang diperolehnya bagian dari keberhasilan strategi yang dijalankan denga baik oleh anak asuhnya.
“Kami memantau laga-laga termutakhir Italia, mereka terbiasa menggunakan banyak formasi dan rotasi skuad. Kami bisa menunaikan tugas dengan mekanisme apik dan mengatur tempo. Semua berjalan sesuai rencana di setiap area, dan kami menunjukkan bisa mengontrol laga (kontra Italia),” papar Murat Yakin dikutip UEFA.
Penulis: Rizal I Editor: Apr