Dampak Pemilihan Presiden AS Terhadap Indonesia: Jika Donald Trump dan Kamala Harris Menang
Jakarta, Deras.id – Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 semakin mendekati puncaknya, dan dua calon utama yang bersaing untuk memimpin negara adikuasa tersebut adalah mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat. Masing-masing calon membawa visi dan pendekatan yang berbeda terhadap kebijakan luar negeri dan hubungan internasional. Hal ini tentu akan memiliki dampak signifikan bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi, politik, hingga keamanan.
Berikut ini adalah analisis tentang bagaimana hubungan Indonesia dengan AS bisa terpengaruh jika salah satu dari kedua calon tersebut terpilih sebagai Presiden AS:
1. Jika Donald Trump Terpilih Kembali: Proteksionisme dan Ketegangan Geopolitik
Jika Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS, Indonesia mungkin akan menghadapi tantangan besar dalam berbagai aspek hubungan bilateral dengan AS, terutama terkait kebijakan ekonomi, perdagangan, dan geopolitik. Trump, yang dikenal dengan pendekatan “America First,” cenderung memprioritaskan kepentingan nasional AS dan mengurangi keterlibatannya dalam kerjasama multilateral.
a. Kebijakan Ekonomi dan Perdagangan Proteksionis
Trump diperkirakan akan melanjutkan kebijakan proteksionisnya yang sudah terlihat selama masa jabatan pertamanya, seperti penarikan diri dari berbagai perjanjian perdagangan internasional dan tarif tinggi terhadap barang-barang impor. Kebijakan ini bisa berisiko bagi ekspor Indonesia ke AS, terutama komoditas seperti tekstil, elektronik, dan produk manufaktur lainnya. Meskipun ada peluang untuk meningkatkan perdagangan di sektor-sektor tertentu, seperti energi, secara keseluruhan Indonesia mungkin akan menghadapi hambatan tarif dan pengurangan akses pasar.
b. Ketegangan di Laut China Selatan
Trump memiliki kebijakan yang lebih agresif terhadap China, dan meskipun hal ini mungkin akan menguntungkan Indonesia dalam hal perlindungan terhadap klaim teritorial di Laut China Selatan, pendekatannya yang konfrontatif bisa meningkatkan ketegangan di kawasan. Indonesia, yang terlibat langsung dalam sengketa Laut China Selatan, harus berhati-hati dalam menavigasi hubungan antara AS dan China yang semakin memanas. Indonesia mungkin akan dihadapkan pada pilihan sulit antara mendukung kebijakan AS yang keras terhadap China atau menjaga hubungan baik dengan Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia.
c. Isu Keamanan dan Aliansi Regional
Trump cenderung mengutamakan penguatan kekuatan militer AS tanpa memperhatikan aliansi yang lebih luas. Di sisi lain, ia juga menuntut sekutu-sekutunya untuk meningkatkan kontribusi dalam pengeluaran militer dan keamanan internasional. Indonesia mungkin akan menghadapi tekanan untuk lebih aktif dalam kerjasama keamanan di Asia Pasifik, namun dengan pendekatan yang lebih “keterpaksaan” dan bergantung pada negosiasi yang lebih kompleks.
2. Jika Kamala Harris Terpilih: Diplomasi Multilateral dan Pembangunan Berkelanjutan
Jika Kamala Harris terpilih sebagai Presiden AS, Indonesia mungkin akan merasakan dampak yang lebih positif dalam hubungan bilateral, terutama di bidang diplomasi multilateral, perubahan iklim, dan perdagangan. Harris, yang selama ini dikenal dengan pendekatan progresifnya dalam kebijakan domestik dan internasional, kemungkinan akan lebih fokus pada kerjasama multilateral dan penguatan aliansi internasional.
a. Pendekatan Diplomasi yang Lebih Terbuka
Harris cenderung lebih terbuka terhadap diplomasi multilateral dan multilateralism, yang bisa membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di berbagai forum internasional, seperti PBB, ASEAN, G20, dan lain-lain. Pendekatan ini bisa memberi Indonesia lebih banyak ruang untuk memainkan peran penting dalam menangani masalah-masalah global seperti perubahan iklim, kesehatan global, dan perdamaian dunia. Dalam konteks ini, Indonesia dipandang sebagai mitra kunci dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
b. Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan yang Lebih Inklusif
Harris diperkirakan akan mendukung perdagangan bebas yang lebih inklusif dan berfokus pada pembangunan ekonomi berkelanjutan. Bagi Indonesia, hal ini bisa berarti peluang lebih besar untuk meningkatkan ekspor, baik dalam sektor manufaktur, pertanian, maupun produk-produk teknologi hijau dan energi terbarukan. Selain itu, Harris juga lebih cenderung untuk mengurangi hambatan perdagangan internasional dan memperkuat kemitraan dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
c. Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim
Kamala Harris telah menjadi salah satu suara terdepan dalam isu perubahan iklim, dan kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinannya kemungkinan akan lebih fokus pada pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon. Indonesia, yang merupakan salah satu negara yang paling terdampak oleh perubahan iklim, bisa mendapatkan lebih banyak dukungan internasional melalui kerjasama teknis dan pendanaan untuk program-program perlindungan lingkungan dan pengurangan deforestasi. Kerja sama dalam sektor energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya alam dapat menjadi salah satu fokus utama.
d. Penguatan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi
Harris kemungkinan akan lebih menekankan pentingnya hak asasi manusia dan demokrasi dalam hubungan luar negeri AS. Ini bisa mempengaruhi hubungan Indonesia dengan AS, terutama terkait dengan isu-isu hak asasi manusia dan kebebasan sipil di dalam negeri. Namun, dengan Indonesia yang memiliki salah satu demokrasi terbesar di dunia, hubungan ini juga bisa menjadi peluang untuk memperkuat kerja sama dalam hal pengembangan institusi demokrasi dan pemerintahan yang transparan.
3. Dampak Umum bagi Indonesia: Ketidakpastian dan Tantangan
Baik Donald Trump maupun Kamala Harris terpilih, Indonesia akan menghadapi dampak signifikan yang memerlukan penyesuaian strategi diplomasi luar negeri yang hati-hati. Jika Trump terpilih, Indonesia mungkin harus bersiap menghadapi ketegangan lebih besar dalam perdagangan, ancaman keamanan regional, dan geopolitik yang lebih konfrontatif. Sementara jika Harris terpilih, Indonesia dapat merasakan lebih banyak peluang untuk memperkuat kerjasama multilateral, perdagangan, dan pembangunan berkelanjutan. Namun, Harris juga mungkin akan lebih menekan Indonesia untuk memperhatikan isu-isu hak asasi manusia dan transparansi pemerintahan.
Pemilihan Presiden AS 2024 akan membawa perubahan besar dalam dinamika hubungan Indonesia dengan AS. Baik kemenangan Donald Trump maupun Kamala Harris, Indonesia akan dihadapkan pada tantangan baru dalam menjaga keseimbangan hubungan luar negeri dan memanfaatkan peluang yang ada. Sebagai negara besar dengan peran strategis di kawasan Asia Tenggara, Indonesia harus tetap menjaga diplomasi yang hati-hati dan membangun kemitraan yang lebih luas dengan negara-negara lain di dunia untuk menghadapi ketidakpastian global.