Lifestyle

Cara Keluar dari Lingkaran “Toxic Productivity”

Jakarta, Deras.id – Dalam dunia yang semakin kompetitif, tekanan untuk tetap produktif secara konsisten adalah hal biasa yang terjadi. Namun, hal ini bisa berbalik menjadi toxic productivity yang merugikan kesejahteraan mental dan fisik. Fenomena toxic productivity mengacu pada keadaan adanya tekanan untuk terus menerus bekerja dan mengabaikan keseimbangan yang akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas hidup.

Dorongan untuk tetap produktif terus mendorong kita, melebihi ambang batas produktivitas yang sehat. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menambahkan kelelahan di tempat kerja ke dalam Klasifikasi Penyakit Internasional sebagai “fenomena pekerjaan”.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja berarti semakin sedikit waktu yang tersedia untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga, atau bahkan tidur. Tanda-tanda toxic productivity yang tidak disadari termasuk sikap tidak sabaran terhadap orang yang dicintai, atau bahkan perasaan bersalah karena merasa tidak cukup produktif.

Cara keluar dari toxic productivity:

  • Evaluasi apakah perusahaan anda menempatkan karyawan atau produktivitas sebagai prioritas utama. Jika orientasinya adalah pada karyawan, atasan anda akan menghargai usaha anak buahnya untuk menyisihkan waktu untuk diri sendiri.
  • Jika memungkinkan, atur jadwal rapat harian dengan jeda yang cukup sehingga anda memiliki waktu sekitar 10 hingga 15 menit untuk beristirahat di antara rapat. Manfaatkan waktu ini untuk menghirup udara segar, meregangkan kaki, atau minum.
  • Disiplinlah untuk tidak terlalu lama menatap layar sepanjang hari. Ambil waktu untuk bernapas, mendengarkan musik, atau bermeditasi guna mengurangi perasaan bersalah yang mungkin tidak perlu.
  • Jika anda merasa perlu istirahat untuk mengembalikan ketenangan secara mental dan emosional, lakukanlah. Jika memungkinkan, ambil cuti satu hari di tengah minggu, atau manfaatkan waktu akhir pekan untuk beristirahat dan jauhkan gadget.
  • Tetapkan dan patuhi batasan yang masuk akal. Contohnya termasuk tidak menggunakan ponsel saat makan, beristirahat setelah tiga jam bekerja, menghabiskan waktu bersama keluarga pada hari atau waktu tertentu, tidur minimal tujuh jam setiap malam, serta menjaga pola makan yang sehat.
  • Batasi penggunaan media sosial yang mungkin mendorong perasaan kurang puas. Quazi menyarankan untuk menjauh dari TikTok atau Instagram yang seringkali memicu perasaan bersalah dan tekanan untuk mengejar performa yang sama dengan orang lain.
  • Jika merasa kesulitan menghadapi tekanan tersebut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental seperti dokter atau konselor. Anda juga dapat mencoba aplikasi terapi atau bergabung dengan kelompok dukungan yang dipimpin oleh terapis.

Penulis: Liz l Editor: Apr

Show More

Berita Terkait

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda, Untuk Menikmati Konten Kami