Jakarta, Deras.id – Ketua Tim Pengawas (Timwas) Haji Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Muhaimin Iskandar mengaku menerima banyak laporan permasalahan atas penyelenggaraan jemaah haji Indonesia. Cak Imin, panggilan akrabnya menyampaikan bahwa Indonesia perlu melakukan revolusi penyelenggaraan haji agar permasalahan tidak terulang di tahun berikutnya.
“Kebutuhan jemaah perlu dipersiapkan sejak awal, tidak ada ketergesaan, tidak dadakan. Jadi kesimpulannya harus ada revolusi penyelenggaraan haji, diniatkan dari awal, perbaikan total,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi dalam keterangan tertulis pada laman Kominfo dikutip Deras.id, Jumat (21/6/2024).
Pada pelaksanaan haji 2024, timwas menemukan beberapa permasalahan. Permasalahan yang pertama yakni terkait tenda jemaah haji Indonesia yang melebihi kapasitas.
Tenda yang disediakan tidak mampu menampung jumlah jemaah haji yang ada. Selain itu, tenda tersebut juga tidak dilengkapi dengan kasur yang memadai dan penempatan tenda yang tidak sesuai dengan maktab yang sudah ditentukan.
“Kemudian overcapacity tendanya, tidak ada kasur. Ini semua harus dikalkulasikan,” tutur Muhaimin Iskandar.
Permasalahan kedua, Timwas menemukan jemaah yang tidur di lorong tenda. Penyebab jemaah tidur di lorong tenda karena bagian dalam yang sempit dan melebihi kapasitas.
Muhaimin mengungkapkan, jemaah haji Indonesia banyak yang berada di lorong antar-tenda karena kapasitas yang diberikan kurang dari satu meter per orang. Dilansir dari laman resmi DPR RI, jemaah haji asal Bogor, Dedi Karyadi mengungkapkan bahwa tenda jemaah juga terpaksa bercampur karena melebihi kapasitas.
“Di dalam kita penuh sesak. Terpaksa ada yang tidur di luar tenda. Kami juga giliran tiap dua jam bergantian tidur di dalam tenda,” ucap Dedi.
Permasalahan ketiga yakni air conditioner (AC) yang tidak berfungsi. Cak Imim menyampaikan bahwa ada banyak laporan mengenai AC yang mati di banyak lokasi.
“Ada banyak laporan yang masuk, yang pertama matinya AC di mana-mana,” kata Muhaimin Iskandar.
Selanjutnya, permasalahan terkait fasilitas toilet yang menyebabkan antrean panjang jemaah haji. Jemaah haji di Mina, Arab Saudi harus rela mengantre untuk masuk ke dalam toilet hingga dua jam lamanya.
Waktu mengantre yang lama membuat beberapa jemaah haji pingsan dan ada yang buang air kecil di samping tenda karena tidak tahan. Toilet yang disediakan untuk jemaah haji juga kotor dan Wisnu mendapati ada tisu serta pembalut perempuan yang berserakan.
“Ini dikarenakan antrean di toilet cukup panjang dan butuh waktu menunggu dua jam, terutama di pagi hari, sore hari, dan saat menjelang waktu salat wajib,” Tutur Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, Wisnu Wijaya Adiputra.
Kemudian masalah toilet yang kurang dan tidak ramah pada lanjut usia (lansia). Toilet di Mina hanya menyediakan satu toilet duduk dari 10 toilet yang tersedia.
Padahal, 30 persen dari jemaah haji asal Indonesia merupakan jemaah lansia.
Idealnya, dari 10 toilet, setidaknya ada tiga toilet duduk untuk memudahkan jemaah lansia.
Anggota Timwas Haji DPR RI lainnya, Syarief Abdullah Alkadrie menemukan bahwa lokasi pemondokan jemaah haji asal Kalimantan Barat tidak ramah lansia. Lokasi pemondokan berada di lantai atas dan menyulitkan lansia. Selain itu, kamar dan fasilitas yang diterima oleh jemaah tersebut juga dinilai terlalu sempit untuk ditempati.
“Kondisi ukuran kamar yang terlalu sempit membuat para jemaah sulit bergerak leluasa. Ini tentu mengganggu kenyamanan mereka. Lokasi lantai yang terlalu tinggi, khususnya akan menyulitkan dan membahayakan lansia,” Anggota Timwas Haji DPR RI lainnya, Syarief Abdullah Alkadrie.
Penulis: Risca l Editor: Ifta