PolitikBerita

Butet Kartaradjasa Sindir Pengalaman Gibran yang Jadi Cawapres Prabowo

Jakarta, Deras.id – Seniman Butet Kartaradjasa menyindir Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi calon presiden (Capres) Prabowo Subianto. Butet menilai Gibran tak cukup pengalaman untuk menjadi Cawapres di Pilpres 2024.

“Saya justru mengharapkan mas Gibran maju jadi wapres, penting sekali. Karena saya sangat merindukan nanti kalau ada perdebatan, wapresnya debat 35 tahun melawan profesor Mahfud MD,” sindir Butet saat menghadiri diskusi bersama capres cawapres Ganjar-Mahfud di Blok M, Jakarta, Senin (23/10/2023).

Butet mengatakan perdebatan antara Gibran dan Mahfud MD nantinya akan menjadi perdebatan yang menarik sepanjang sejarah. Sebab menurutnya, pengalaman mereka sangat terpaut jauh dan kurang seimbang.

“Itu perdebatan paling keren Cawapres sepanjang sejarah Indonesia. Profesor doctor sangat berpengalaman melawan dua tahun. Dua tahun kok berpengalaman?,” kata Butet.

Baca Juga:  PDIP Dukung Kaesang Terjun ke Dunia Politik

Sebelumnya, Butet juga menyentil soal putusan MK tentang syarat minimal usia Capres-Cawapres. Menurutnya keputusan MK tersebut sangat membingungkan. Sebab di satu menolak gugatan soal usia minimal Capres-Cawapres 40 tahun, namun di sisi lain menambahkan keterangan berpengalaman sebagai kepala daerah. 

“Seperti kena prank, jangankan saya yang awam soal hukum, orang-orang hukum aja bingung,” ucap Butet dalam Mata Najwa, Kamis (19/10/2023).

Butet mengaku heran dengan keputusan MK tersebut yang cenderung memaksakan. Menurutnya dua tahun di eksekutif daerah belum disebut berpengalaman. 

“Karena sudah memenuhi kriteria MK, disebutkan sudah berpengalaman menjadi wali kota dan disebabkan oleh pemilu. berpengalaman? 2 tahun? Baru jalan dua tahun, tugasnya lima tahun. Dua tahun kok berpengalaman,” sebut Butet.

Selain itu, butet juga mengaku merasa sedih dengan proses instan dan memaksakan dari Gibran untuk menjadi Cawapres.

Baca Juga:  PPP Siapkan Kursi Waketum untuk Sandiaga

Menurutnya, hal tersebut menunjukkan rendahnya kepatutan, kepantasan, dan kasadaran diri Gibran dengan mengandalkan nama besar orang tuanya. 

“Saya sedih. Tingkat kepatutan, kepantasan, kesadaran diri,” jelas Butet.

Lebih lanjut, Butet menuturkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin itu ada prosesnya dan tidak instan. Jika tidak, maka tak ada etos kerja dan kegigihan yang patut dicontoh dari pemimpin tersebut.

Penulis: Diraf l Editor: Rifai

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Mohon Matikan AdBlock di Browser Anda