Jakarta, Deras.id – Dalam kegiataan riset terbarunya mengenai jalur rempah Banten, BRIN berhasil menemukan beberapa temuan yang menguak praktik para sultan dalam berbagai bidang.
“Penelitian pada jalur rempah Nusantara akan selalu menarik karena berkesinambungan dengan sejarah Islam,” ungkap salah satu peneliti BRIN, Roni Tabroni.
Beberapa temuan tersebut di antaranya terdapat pada bidang kekuasaan, pertahanan, perdagangan dan jaringan Islamisasi. Pada bidang kekuasaan muncul sebuah turnamen sebagai bagian diplomasi yang melibatkan putra sultan. Turnamen ini disebut sasapton karena dilaksanakan setiap hari Sabtu.
Selanjutnya, pada bidang pertahanan muncul konsep Gawe Kuta Baluwarti, Bata Kalawan Kawis, yakni konsep pertahanan kota Banten pada masa lalu melalui pembangunan benteng menggunakan bata dan kawis (karang).
Pada bidang perdagangan muncul utusan sultan yang disebut Jinjam. Adapun pada Islamisasi terdapat kebijakan bahwa Syahbandar yang dipilih harus dari kalangan muslim.
Beberapa temuan tersebut terkait dengan tempat-tempat bersejarah seperti Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Masjid Pacinan Tinggi, Vihara Avalokitesvara, Pelabuhan Karangantu, dan Desa Cikoneng. Sedangkan di Pandeglang para peneliti menelusuri jejak penyebaran Islam Banten ke Masjid Pasir Angin.
Selain menelusuri tempat-tempat bersejarah, para peneliti juga berdiskusi dengan sivitas akademik dari UIN Sultan Maulana Hasanudin dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Termasuk juga berdiskusi dengan para peneliti dari Bantenologi.
“Temuan-temuan yang diperoleh menunjukkan dua hal; pertama, budaya lokal memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan Banten. Kedua, Sultan Banten pada Abad XVI-XVII bukan hanya berperan sebagaipenguasa, tetapi juga berperan sebagai pedagang, ulama, dan arsitektur kota,” pungkas Rismawidiawati, ketua tim peneliti.
Penulis: Roni Tabroni | Editor: Dian Cahyani