Nasional, Deras.id – Jokowi terus memantau progres pembangunan Family Office hingga menginstruksikan Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Perekonomian Bidang Maritim dan Investasi (Marves) agar membentuk tim khusus untuk mengawal pembangunannya.
Sebab itulah, Jokowi menggelar rapat terbatas mengenai pembahasan skema Family Office bersama Presiden Jokowi di Istana pada Senin (1/7/2024). Luhut mengatakan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memaksimalkan peluang, salah satunya membentuk tim khusus.
“Sebagai tindak lanjut dalam mewujudkan potensi Family Office di tanah air, kami sepakat membentuk satuan tugas untuk merancang dan menyiapkan implementasi program,” katanya.
Luhut menjelaskan alasan mengapa Presiden Joko Widodo getol terhadap pembangunan Family Office. Sebagaimana data The Wealth Report, menurut Luhut populasi individu super kaya raya di Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 38,3% selama periode 2023-2028. Artinya bagi Luhut peningkatan jumlah aset finansial dunia yang diinvestasikan di luar negara asal juga diproyeksikan akan terus meningkat.
“Berangkat dari tren tersebut, saya melihat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk menarik dana-dana dari Family Office global. Dari perhitungan terkini, ada sekitar US$11,7 triliun dana kelolaan Family Office di dunia,” jelasnya dikutip dari Instagram resmi @luhut.pandjaitan pada Selasa (2/7/2024).
Luhut juga menambahkan bahwa pembangunan tersebut dapat meningkatkan atensi bagi para investor asing sehingga mereka dapat menyimpan kekayaannya di Indonesia. Sehingga bagi Luhut jika target ini berhasil maka akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia berkembang pesat.
Selain pendapatan modal asing impact factor yang juga akan terjadi di Indonesia jika Family Office sesuai planning adalah menghadirkan potensi peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan lapangan kerja dari investasi dan konsumsi lokal.
Luhut mengatakan saat ini ada beberapa negara di dunia yang menjadi tuan rumah dari aset tersebut. Dua diantaranya dari Asia, yakni Singapura dengan 1.500 Family Office dan Hongkong yang memiliki 1.400 Family Office.
Namun, peningkatan kondisi geopolitik di Hongkong serta perubahan regulasi investasi di Singapura meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor.
“Inilah yang membuat Indonesia bisa mengambil kesempatan untuk menjadi alternatif dengan membentuk Wealth Management Centre (WMC) karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita cukup kuat. Kondisi politik pun juga stabil, serta orientasi geopolitik kita yang netral,” tuturnya.
Penulis: M.F.S.A I Editor : Dinda