Mampukah Hansi Flick Memenuhi Ekspectasi Barcelona ?
Jakarta, Deras.id- Menjadi pelatih klub besar seperti Barcelona jelas bukan pekerjaan yang mudah. Tidak hanya soal menang, trofi, maupun gengsi. Barcelona punya slogan ‘MES QUE UN CLUB’ yang berarti lebih dari sekedar klub. Slogan tersebut telah melekat dalam jati diri klub sejak didirikan 1899 silam. MES QUE UN CLUB’ juga dimaknai sebagai simbol perlawanan rakyat Catalan. Sikap memberontak terhadap ketidak adilan penguasa Ibu Kota Spanyol. Maka dari itu rivalitas dengan Real Madrid di lapangan selalu jadi gengsi yang mutlak harus dimenangkan setiap musimnya.
Barcelona diketahui pernah menguasai Eropa saat ditangani entrenador Josep Guardiola. El Barca tidak hanya menguasai panggung sepak bola waktu itu, mereka juga menjadi simbol keindahan sepak bola dengan tiki-takanya yang fonomenal. Berhasil menyapu bersih enam gelar dalam satu musim Barca menjadi satu-satunya klub yang mamapu meraih sixtuple.
Legacy yang ditinggalkan Pep di Barca secara tidak langsung menjadi standart baru untuk setiap pelatih yang datang setelahnya. Diketahui sudah ada tujuh pelatih yang keluar masuk pintu Camp Nou. Tujuh pelatih tersebut sibuk membangun ceritanya masing-masing demi bisa menorehkan sejarah seperti apa yang dilakukan Pep Guardiola. Namun mereka tidak sadar bahwa bayang-bayang kejayaan El Barca waktu itu tidak mudah untuk diwujudkan kembali. Hal teresebut terbukti saat tujuh pelatih tersebut satu persatu gugur bertumbangan.
Tantangan selanjutnya diambil oleh pelatih berkebangsaan Jerman, Hansi Flick. Hal tersebut membuka luka lama Los Cules terkait tragedi pembantaian 2-8 oleh Bayern Munchen yang saat itu ditangani Hansi Flick. Bayern Munchen waktu itu sangat tampil prima dengan mampu meraih treble winners. Namun, catatan mentereng tidak menjadi jaminan mampu berjaya di Catalan. Standart dan tuntutan akan menjadi tekanan pertama bagi setiap pelatih yang datang.
Hansi Flick dinilai satu-satunya pelatih besar yang datang setelah Luis Enrique. Setelah apa yang dilakukannya bersama Bayern Munchen, publik mulai mempertanyakan mampukah Hansi Flick mengulangnya di Barcelona?. Ada beberapa tinjauan untuk mengukur kemampuan Hansi Flick menangani Barcelona.
Kualitas
Menilai kualitas kepelatihan Hansi Flick bisa melibatkan banyak faktor, termasuk baik keberhasilannya di Bayern Munich maupun kegagalannya di timnas Jerman. Namun penting untuk melihat kedua aspek ini dengan konteks yang tepat
Di Bayern Munich, Flick mengalami sukses yang luar biasa. Dia berhasil memenangkan banyak gelar, termasuk Bundesliga, Liga Champions, dan Piala Super UEFA. Gaya bermain timnya di Bayern juga sangat disegani, Hansi Flick dianggap telah memberikan kontribusi besar terhadap kesuksesan klub. Namun di timnas Jerman, Flick mengalami tantangan yang lebih besar. Meskipun dia baru menjabat sebentar sebagai pelatih kepala, performa timnas Jerman di UEFA Euro 2020 tidak mencapai ekspektasi yang diharapkan. Mereka tersingkir di babak 16 besar. Hal tersebut tentu menjadi catatan yang kurang memuaskan dalam rekam jejaknya sebagai pelatih timnas. Meskipun kegagalannya di timnas Jerman menjadi bagian suram dari karir kepelatihannya, kesuksesannya menyamai rekor Barcelona dalam meraih sixtuple bersama Bayern Munchen merupakan bukti kuat dari kemampuannya sebagai pelatih yang berkualitas.
Selera Pemain
Perubahan yang paling mencolok dari Bayern Munchen saat dilatih Hansi Flick adalah kondisi tubuh pemain yang dalam bentuk prima. Hansi Flick tidak hanya menyukai pemain yang cerdas dan visioner secara permainan, namun juga kondisi tubuh yang tangguh untuk memenangkan duel-duel keras di lapangan. Hal tersebut bertujuan agar tim tidak mudah kehilangan bola.
Kondisi tersebut sangat tepat dengan keadaan Barcelona hari ini. Kecerdasan dan kelihaian pemain Barca dalam mengolah sikulit bundare diatas lapangan memang tidak pernah diragukan lagi. Namun skuad Blaugrana selalu menjadi yang terlemah dalam hal fisik pemain. Pedri dkk selalu dikalah di duel-duel keras dalam upaya mempertahan bola. Hal tersebut menjadi salah satu faktor Barca sering kecolongan gol. Kehilangan bola akibat kalau duel tersebut biasanya menjadi titik awal Barca mendapat counter attack dan berbuah gol. Selain itu, pemain Barca kerap kali mendapat cidera yang menyebabkan barca harus bermain tanpa pemain kunci pada beberapa laga penting musim ini.
Hansi Flick jelas akan melihat hal tersebut sebagai kelemahan dan bukan hal yang sulit buatnya untuk membentuk fisik yang prima untuk pemain-pemain Barca. Dengan demikian Barca kekuatan Barca akan seimbang. Permainan cerdas dengan fisik yang kokoh dinilai akan menjadi bagian dari kekuatan Barca musim depan.
Filosofi Permainan
Hansi Flick mengaku filosifi permainan Barcelona sejalan dengan idea sepak bola yang dinginkannya. Flick akan mengoptimalkan potensi pemain muda yang sedang dalam permainan terabaiknya. Dia juga akan melanjukan beberapa legacy Xavi di tim.
“Filosofinya sangat cocok dengan filosofi saya: penguasaan bola dan sepakbola menyerang,” kata Hansi Flick, yang dikutip dari AS.
“Barcelona punya tim muda yang salah satunya terbaik di dunia. Di tim utama terdapat perpaduan yang baik antara pemain berpengalaman dan pemain muda berbakat. Saya pikir kami harus bekerja agar mereka bisa lebih berkembang,” Flick menjelaskan.
Kecocokan filosofi permainan ini akan membantu Flick lebih cepat beradaptasi dengan skuad Barcelona. Berdasar pada beberapa tinjauan tersebut, Hansi Flick dinilai akan memberikan perubahan yang nyata untuk Barcelona. Jika musim ini menjadi uji coba racikan mesinnya, maka musim selanjutnya akan menjadi pembuktiannya untuk publik Catalan.
Penulis: Rizal l Editor: Apr