Jakarta, Deras.id – Presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka akan mengganti nama salah satu program unggulannya, yakni Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis. Perubahan nama tersebut untuk memperjelas dalam pemberian makanan dan tidak dibatasi waktu.
“Ya, sekarang makan bergizi gratis bukan berarti rencana awal makan siang gratis itu tidak bergizi, cuma waktu makannya itu tidak dibatasi. Jadi ada dua kemungkinan, bisa diganti makan pagi untuk sarapan,” kata Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN), Budiman Sudjatmiko kepada wartawan dikutip Deras.id, Selasa (28/5/2024).
Pihaknya tengah melakukan perhitungan ulang terkait biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut. Pasalnya, saat kampanye program ini diperkirakan akan membutuhkan anggaran hingga Rp400 Triliun, akan tetapi setelah dihitung ulang ternyata bisa dipangkas hingga setengahnya.
“Kita lagi menghitung. Waktu Pak Prabowo masih kampanye kan sekitar 400 Triliun rupiah per tahun, kira-kira, gitu ya, tapi itu dengan asumsinya, asupan makanannya dari mana saja, bisa dari mana pun, begitu. Tapi setelah kita hitung, ada kemungkinan kita bisa memangkasnya sampai separuhnya,” tutur Budiman Sudjatmiko.
Pemangkasan kebutuhan anggaran dapat dilakukan melalui produk-produk makanan yang diproduksi dari desa-desa di sekitar lokasi pelaksanaan makan bergizi gratis. Menurutnya, dengan memakai produk lokal tidak ada kebutuhan untuk mengimpor bahan makanan dari luar negeri dan dapat menghidupkan ekonomi desa di Indonesia.
Selain itu, penggunaan produk lokal dapat memangkas biaya distribusi. Oleh sebab itu, apabila bahan makanan untuk makan bergizi gratis bersumber dari pedesaan di sekitar lokasi yang disasar, maka tak perlu lagi biaya distribusi.
“Kalau kita menanam sendiri, berternak sendiri, 80% kebutuhan program kebutuhan makan bergizi ini bisa dipenuhi oleh desa-desa di provinsi yang bersangkutan,” jelas Budiman Sudjatmiko.
Program tersebut dapat mendongkrak produktivitas di desa. Budiman mengalkulasi akan ada pembukaan lahan sawah baru hingga 650 ribu hektare dan 50 ribu kandang ternak baru hingga 2029 saat program tersebut dilaksanakan secara penuh.
“Satu, hemat. Kedua, setelah kita proyeksikan itu kalau berskala penuh 82 juta orang di 2029 itu bisa membuat produktivitas yang tinggi dengan masing-masing desa itu ada 31 hektare lahan sawah baru, 650 ribu hektare lahan sawah baru untuk masuk program makan bergizi ini, kemudian sekitar 50 ribu kandang baru untuk berternak bagi pasokan daging,” ujar Budiman Sudjatmiko.
Penulis: Risca l Editor: Ifta