Beijing, Deras.id – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar dihadapan civitas akademika Universitas Peking, Beijing, China memaparkan tentang dana desa yang digelontorkan pemerintah Indonesia secara langsung ke desa sejak 2015 bertransformasi secara cepat dalam meningkatkan status desa.
Jumlah desa mandiri pun bertambah banyak. Selain itu, salah satu kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut merupakan faktor penting yang memberikan manfaat besar untuk menumbuhkan ekonomi, termasuk saat terjadi pandemi.
“Program Dana Desa ini adalah wujud nyata dari pembangunan yang dimulai dari pinggiran, memberikan peluang dan dukungan finansial langsung kepada masyarakat desa untuk mengembangkan inisiatif mereka sendiri. Kami percaya bahwa percepatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan,” papar menteri yang akrab disapa Gus Halim saat menghadiri Dialog Ilmiah bersama civitas akademika Universitas Peking, pada Senin (16/10/2023).
Lebih lanjut Gus Halim juga menjelaskan program, tugas, dan fungsi Kemendes PDTT dalam mengawal pembangunan nasional dari desa yang ruang lingkupnya meliputi daerah tertinggal hingga pada wilayah perbatasan.
Di antaranya dengan merealisasikan pembangunan berkelanjutan yang berpedoman pada SDGs global yang dilokalkan melalui SDGs Desa.
“Selain tanggung jawab terhadap pembangunan desa, Kementerian (Kemendes PDTT) juga memiliki tugas yang bersifat kawasan, seperti pengelolaan wilayah perbatasan, dan berkontribusi pada pemerataan ekonomi dan jumlah penduduk melalui program transmigrasi. Semua ini adalah langkah-langkah nyata menuju pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif di seluruh negeri,” urai Profesor Kehormatan Unesa ini.
Paparan Gus Halim ini disambut positif dan hangat oleh Wakil Rektor Universitas Peking Wang Bao yang berharap dapat terus berkolaborasi dengan Indonesia melalui delegasi yang dikirim untuk mempelajari lebih dalam terkait semua proses pembangunan desa.
“Sangat disayangkan bahwa pandemi menghentikan perjalanan fisik, tetapi kami berharap dapat kembali mengirim delegasi kami ke Indonesia dan memperdalam kerja sama bilateral. Kami sangat berharap dapat bertemu dengan Menteri Desa untuk mendiskusikan peluang kolaborasi yang lebih lanjut,” terang Wang Bao.
Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang membentuk hubungan diplomatik dengan China. Hubungan bilateral antar-keduanya telah terjalin sejak 13 April 1950.
Salah satu bentuk kerja sama tersebut dilaksanakan dengan adanya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Indonesia dengan Universitas Peking yang menjadi landasan kokohnya kerja sama.
Saat ini sebanyak 26 mahasiswa Peking berasal dari Indonesia yang jumlahnya diperkirakan terus meningkat.
Hadir dalam dialog ilimah tersebut yakni Wakil Kepala Institut Ilmu Sosial, Mr Zhai Kun dan dimoderatori oleh Ketua Jurusan, Ms Kong Tao, dosen Bahasa Indonesia Mr Xie Kankan dan juga Mr Liu Jinping perwakilan dari Administration and Management Institution of Ministry of Agriculture and Rural Affairs (MARA), serta para mahasiswa dari jurusan Bahasa Indonesia dan Hubungan Internasional.
Penulis: Ifta l Editor: Saiful