Mengenal Gamelan Sekaten, Musik sebagai Media Syiar Islam
Jakarta, Deras.id – Islam di Indonesia merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduknya. Agama tersebut menjadi jati diri bangsa dan banyak ditemukan unsur akulturasi budaya yang sangat bercorakan Islam. Salah satunya kita mengenal gamelan, alat musik yang banyak dijumpai di Pulau Jawa.
Salah satunya adalah gamelan Sekaten yang merupakan perangkat gamelan yang dibunyikan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sekaten berasal dari kata syahadatain, yang berarti dua kalimat syahadat. Secara simbolik, dua kalimat syahadat tersebut direpresentasikan dalam dua perangkat gamelan sekaten, yaitu Kanjeng Kyai Guntur Sari dan Kanjeng Kyai Guntur Madu yang ditabuh secara bergantian. Gamelan ini dibunyikan selama tujuh hari.
Dua perangkat tersebut diletakkan di tempat yag berbeda, yaitu di Bangsal Pradangga Kidul dan Bangsal Pradangga Lor yang keduanya terletak di halaman Masjid Agung di kawasan Keraton Surakarta. Anatomi gendhing sekaten secara lengkap terdiri dari racikan, umpak, gendhing (lagu pokok), dan suwukan.
Racikan merupakan komposisi musikal yang berarti pengenalan dalam setiap gendhing sekaten. Umpak adalah potongan melodi yang digunakan sebagai jembatan dari racikan menuju lagu pokok. Sedangkan, suwukan merupakan melodi pendek yang khusus dibunyikan saat gendhing akan berhenti.
Racikan ini diekspresikan pengrawit (musisi) menggunakan instrumen bonang dengan serangkaian melodi. Sementara, instrumen lain memberikan keserempakan bunyi dengan nada yang sama.
Penyajian gending yang berpasangan merupakan penerapan konsep budaya Jawa, yaitu keseimbangan hidup. Dalam budaya Jawa, keseimbagan penting karena erat kaitannya dengan citra nilai-nilai estika dan estetika budaya.
Penulis: Fat l Editor: Iftal