Nepal Lekukan Pemilihan Presiden Ditengah Ketidakstabilan Politik
Nepal, Deras.id – Nepal telah melakukan pemilihan presiden baru ketika ketidakstabilan politik terjadi. Pemilihan tersebut memicu perseteruan di antara partai-partai politik utama, dengan satu partai mundur dari koalisi berkuasa.
“Fase ketidakstabilan politik di Nepal belum berakhir meskipun faktanya kami memiliki pemilihan nasional yang sukses dan pemerintahan koalisi baru,” kata Dhruba Adhikary seorang analis independen di Kathmandu, dikutip dari aljazeera.com, Kamis (9/3/2023).
Pengamat politik yang mengamati pemilihan Nepal memperkirakan parlemen yang akan digantung dan pemerintahan tidak mungkin memberikan stabilitas politik yang dibutuhkan di Nepal. Lalu, perubahan yang sering terjadi dan pertempuran di antara partai juga menjadi salah satu faktornya.
Ketidakstabilan politik telah menjadi fitur berulang parlemen Nepal sejak akhir pemberontakan Maois selama satua dekade, dan tidak ada perdana menteri yang menjabat penuh setelah perang saudara berakhir pada tahun 2006.
Kemudian, negeri Himalaya tersebut memiliki dua aliansi politik besar yang bertarung habis-habisan untuk pemilihan umum, aliansi demokratik kiri yang dipimpin Kongres Nepal dan aliansi kiri dan pro-Hindu, pro-monarki yang dipimpin CPN-UML.
Konstitusi Nepal memiliki ketentuan untuk memilih presiden dan wakil presiden melalui dewan pemilih yang terdiri dari anggota kedua majelis parlemen federal dan tujuh majelis provinsi. Perbedaan angka karena bobot suara anggota parlemen federal dan majelis provinsi berbeda.
Nepal adalah negara Monarki yang kemudian pada tahun 2008 telah dirubah menjadi negara republik.
Diketahui, kedua calon presiden Nepal Adalah politisi terkemuka, Ram Chandra adalah pemimpin senior partai Kongres Nepal yang sebelumnya menjabat sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sedangkan lawannya, Subash Chandra Nembang dari partai Komunis Nepal (Marxis-Leninis Bersatu), ia juga pernah menjadi seorang pembicara terkenal.
Nepal telah melakukan pemilihan nasional pada bulan November lalu, namun pemerintahan yang tidak berhasil telah menyebabkan pengambilan alih kekuasaan.
Selain ketidakpastian politik, Nepal saat ini masih berjuang untuk pilih dari masalah ekonomi akibat Covid-19 yang menyebabkan penurunan jumlah turis asing untuk mendaki puncak gunung negara itu. Menghidupkan kembali pariwisata sangat diperlukan untuk meningkatkan perekonomian Nepal.
Penulis: Andre l Editor: Saiful