Situbondo Naik Kelas: Membangun Ketangguhan Ekonomi dan Lingkungan di Tengah Ancaman Bencana

Situbondo, Deras.id – Situbondo berdiri di persimpangan penting dalam menentukan arah pembangunannya. Sebagai kabupaten pesisir dengan potensi besar di sektor pertanian, perikanan, dan UMKM, Situbondo juga menghadapi tantangan serius berupa ancaman bencana alam. Banjir, gempa bumi, angin puting beliung, hingga degradasi lingkungan akibat pembalakan liar menjadi ancaman nyata yang tak bisa diabaikan.

Di sinilah konsep Pembangunan Resilien hadir sebagai solusi. Pembangunan ini menekankan pentingnya menciptakan sistem dan infrastruktur yang tangguh, adaptif, dan mampu pulih dari berbagai tekanan lingkungan maupun sosial. Dengan pendekatan ini, Situbondo tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memastikan bahwa kemajuan yang diraih tidak mudah runtuh saat bencana datang.

Secara geografis, Situbondo dikelilingi oleh lima pegunungan besar Baluran, Ijen, Raung, Argopuro, dan Pegunungan Putri hingga kawasan Arak-Arak. Keindahan ini menyimpan risiko besar, terutama karena degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pembalakan liar dan tata kelola hutan yang buruk.

Kawasan hulu yang gundul memperbesar risiko banjir bandang, sementara buruknya pengelolaan daerah aliran sungai memperparah banjir tahunan di wilayah-wilayah hilir seperti Kendit, Mlandingan, Besuki, dan Banyuglugur. Selain itu, angin puting beliung, banjir rob di pesisir, serta potensi gempa bumi tektonik menunjukkan bahwa Situbondo harus membangun dengan pendekatan yang memperkuat ketangguhan terhadap bencana.

Untuk memastikan Situbondo mampu menghadapi tantangan ini, ada beberapa pilar penting yang harus menjadi dasar dalam merancang kebijakan pembangunan. Pembangunan Resilien bukan hanya soal ketahanan fisik, tetapi juga soal bagaimana masyarakat, ekonomi, dan lingkungan saling mendukung dalam menghadapi perubahan. Berikut beberapa pilar penting yang harus menjadi dasar dalam merancang kebijakan pembangunan:

Keberhasilan pembangunan resilien tidak terlepas dari komitmen kepemimpinan yang kuat. Mas Rio dan Mbak Ulfi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Situbondo terpilih telah menunjukkan visi yang jelas dalam mengarahkan pembangunan Situbondo ke arah yang lebih tangguh dan adaptif.

Mereka memahami bahwa pembangunan tidak cukup hanya mengejar pertumbuhan ekonomi. Situbondo harus siap menghadapi tantangan perubahan iklim, bencana alam, dan krisis lingkungan. Dengan integrasi infrastruktur, ekonomi, dan lingkungan, Situbondo bisa menjadi contoh daerah yang mampu bangkit lebih kuat setelah menghadapi tantangan.

Pembangunan Resilien adalah kunci untuk memastikan Situbondo tidak hanya berkembang, tetapi juga mampu bertahan dan pulih dari berbagai tantangan di masa depan. Setiap kebijakan dan proyek infrastruktur harus dirancang dengan mempertimbangkan risiko bencana dan perubahan lingkungan. Ketangguhan bukan sekadar kemampuan bertahan, tetapi juga tentang bagaimana Situbondo bisa bangkit lebih kuat setiap kali menghadapi tantangan.

Namun, semua ini tidak akan terwujud tanpa sinergi dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, dunia usaha, komunitas, hingga individu memiliki peran penting dalam memastikan Situbondo menjadi daerah yang tangguh, adaptif, dan sejahtera.

Seperti yang selalu disampaikan oleh Mas Rio, Bupati Situbondo terpilih, dalam setiap kesempatan:

“Ayo bantu Situbondo!” kata Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo.

Ajakan ini bukan hanya seruan, tetapi panggilan untuk kita semua. Karena membangun Situbondo yang tangguh bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama. Mari kita jaga alamnya, kuatkan ekonominya, dan lindungi warganya. Bersama, kita wujudkan Situbondo Naik Kelas—bukan hanya di atas kertas, tetapi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis: Eko Kintoko Kusumo, Pegiat Lingkungan Hidup, Pecinta Alam, dan Konservasi, Divisi Ekonomi Tim Transisi Bupati Situbondo

Exit mobile version