Jakarta, Deras.id – Kekhawatiran banyak pihak dan negara soal meluasnya perang yang dipicu aksi genosida Israel di Gaza makin tinggi. Ini lantaran meningkatnya eskalasi serangan antara milisi Hezbollah dengan tentara Israel di wilayah perbatasan Lebanon Selatan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan yang semakin besar atas meningkatnya perang pernyataan dan bentrokan perbatasan yang mematikan antara militer Israel dengan pejuang Hezbollah di Lebanon.
Pasukan penjaga perdamaian PBB berupaya menenangkan situasi dan mencegah “salah perhitungan” setelah kedua belah pihak meningkatkan retorika mereka dan meningkatkan kemungkinan konflik skala penuh,” katanya Jumat (21/2024), dikutip dari Aljazeera.
“Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara dan, sejujurnya, di luar imajinasi,” kata Guterres kepada wartawan. “Mari kita perjelas: Masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi bagian dari Gaza.”
Hezbollah telah melancarkan serangan ke sejumlah titik strategis Israel di perbatasan Lebanon selatan sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober 2023 sebagai dukungan terhadap Palestina. Namun, terjadi peningkatan tajam dalam beberapa hari terakhir akibat serangan Israel yang menewaskan komandan Hizbullah, Taleb Abdallah, atau dikenal sebagai Abu Taleb.
Setelah tewasnya Abu Taleb pekan lalu, Hezbollah menembakkan roket dan drone dalam serangan terbesar sejauh ini ke lokasi militer Israel. Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menembakkan roket Katyusha dan Falaq ke enam lokasi militer Israel. Televisi Al-Manar melaporkan lebih dari 100 roket ditembakkan sekaligus.
Parlemen Israel juga telah menyetujui serangan militer ke Lebanon. Hal ini dipertegas dengan pernyataan militer Israel bahwa misi mereka di Gaza segera berakhir. Menurut laporan media Israel, sebanyak 150 ribu pasukan Israel telah bergeser ke perbatasan Lebanon selatan.
Hal ini lalu direspons kelompok Hezbollah bahwa kalau Israel sampai menyerang Lebanon, maka Hezbollah akan menerjang kota-kota di Israel. Hezbollah bahkan telah merilis video kedua, setelah video pertama yang menelanjangi titik-titik sasaran strategis di Haifa, kota pelabuhan Israel.
Video kedua yang dirilis Hezbollah lebih detail mengungkap apa yang tertangkap dari pengamatan sejumlah drone mereka di wilayah Israel, termasuk pabrik-pabrik senjata dan amunisi yang akan menjadi sasaran pertama serangan Hezbollah.
Hochstein, utusan khusus dari Presiden AS Joe Biden, mengatakan dia telah dikirim ke Lebanon segera setelah perjalanan singkat ke Israel karena situasinya “serius”.
“Kami telah melihat peningkatan dalam beberapa pekan terakhir. Dan apa yang ingin dilakukan Presiden Biden adalah menghindari peningkatan lebih lanjut menjadi perang yang lebih besar,” kata Hochstein, dikutip oleh Reuters.
Meskipun demikian, AS menyatakan akan berdiri bersama Israel bila perang dengan Hezbollah pecah. Di sisi lain, Hezbollah juga tidak akan berperang sendirian. Kelompok-kelompok perlawanan di Kuwait, Palestina, termasuk sayap militer Hamas, juga Houthi Yaman bahkan Taliban, telah menyatakan sokongan untuk melawan Israel plus AS.
Akibat peningkatan eskalasi ketegangan tersebut, sejumlah negara telah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk keluar dari Lebanon, di antaranya Kuwait dan Kanada.